Ilmu Sanad al-Hadits
HM. Mohd Iqbal
Kata ‘sanad’ secara sederhana diartikan mata rantai rawi yang merupakan transmisi yang digunakan dalam periwayatan matan. Sementara itu, kata ‘isnad’ dimaknai mengangkat hadis (ucapan/informasi) sehingga sampai kepada pengucapnya (narasumber). Ahli hadis sering menggunakan kedua istilah tersebut untuk maksud yang sama, yakni silsilah al-Sanad (rangkaian periwayat hadis) yang dapat menghubungkan kepada matan hadis.
Urgensitas sanad/isnad
Isnad memiliki kedudukan yang sangat penting dan agung dalam Islam dan umatnya. Hal demikian karena umat Islam menerima agama ini dari sahabat, sementara sahabat menerimanya dari Rasulullah saw, sedangkan beliau saw mendapatkannya dari Allah, Tuhan sarwa semesta. Abdullah Ibn Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda :
تَسْمَعُونَ وَيُسْمَعُ مِنْكُمْ وَيُسْمَعُ مِمَّنْ سَمِعَ مِنْكُمْ
Artinya : “Kalian mendengar lalu didengar dari kamu dan didengar dari yang mendengar dari kamu”. (HR. Imam Ahmad dan Abu Daud, dinilai sahih).
Definisi Sanad
Ilmu yang membahas, mengulas dan mendiskusikan keadaan setiap periwayat hadis; baik dari segi kelahirannya, wafatnya, guru-gurunya, murid-muridnya, negeri dan tanah air mereka, dan sebagainya yang dipandang ada hubungannya dengan sejarah rawi dan ihwal mereka
MUNCULNYA ILMU RIJAAL
Penggunaan isnad ini sebenarnya telah ada di masa sahabat Rasulullah saw dalam rupa sikap taharri (hati-hati) mereka terhadap berbagai informasi profetik yang diterimanya. Sebagai misal Abu Bakar al-Shiddiq dalam kisah nenek yang datang meminta bagian waris, lalu Umar Ibn al-Khaththab dalam peristiwa isti’dzan-nya Abu Musa, kemudian tatsabbut (klarifikasi) yang dilakukan Usman Ibn Affan terkait hak seorang isteri yang ditinggal mati oleh suaminya, demikian pula Ali Ibn Abi Thalib yang memestikan bersumpah bagi orang yang menyampaikan hadis Rasulullah saw kepadanya.
Setelah terjadi fitnah yang dilakukan Abdullah Ibn Saba (di akhir masa kekhalifahan Usman Ibn Affan) ‘isnad’ semakin banyak dan intens dipertanyakan dan penggunaan sanad terus berlangsung dan bertambah seiring dengan menyebarnya para Ashab al-Ahwa’ (pengikut hawa nafsu) di tengah-tengah kaum muslimin, juga banyaknya fitnah yang mengusung kebohongan sehingga orang-orang tidak mau menerima hadis tanpa isnad. Imam Muslim meriwayatkan dengan isnadnya dari Muhammad Ibn Sirin bahwasanya beliau berkata :
لَمْ يَكُونُوا يَسْأَلُونَ عَنْ الْإِسْنَادِ فَلَمَّا وَقَعَتْ الْفِتْنَةُ قَالُوا سَمُّوا لَنَا رِجَالَكُمْ فَيُنْظَرُ إِلَى أَهْلِ السُّنَّةِ فَيُؤْخَذُ حَدِيثُهُمْ وَيُنْظَرُ إِلَى أَهْلِ الْبِدَعِ فَلَا يُؤْخَذُ حَدِيثُهُمْ
“Dahulu orang-orang tidak pernah menanyakan isnad, akan tetapi setelah terjadi fitnah maka dilihat hadis Ahli Sunnah lalu diterima dan dilihat hadisnya ahli bid`ah lalu tidak diterima (ditolak)”.
Kemunculan Ilmu al-Sanad merupakan buah dari berkembang dan menyebarnya penggunaan isnad serta banyaknya pertanyaan mengenainya, terlebih setelah meluasnya diskusi paham keagamaan yang dipandang baru (bid’ah-bid’ah) dan dinilai dapat merusak kemurnian akidah umat Islam. Ilmu alSanad dipandang sebagai keistimewaan umat Islam yang tidak dimiliki oleh umat lainnya.
Hanya saja Ilmu al-Sanad baru muncul setelah pertengahan abad ke-2 H. Karya tulis pertama dalam studi ini adalah kitab al-Tarikh karya al-Layts Ibn Sa’ad (wafat 175 H) dan kitab al-Tarikh yang disusun oleh Imam Abdullah Ibn al-Mubarak (wafat 181 H). Imam al-Dzahabi menyebutkan bahwa al-Walid Ibn Muslim (wafat 195 H) juga memiliki sebuah kitab Tarikh al-Sanad.
Setelah itu secara berkelanjutan lahir banyak karya tulis dalam ilmu ini, padahal sebelum masa kodifikasi Sanad al-hadits, pembahasan tentang rawi hadis dan penjelasan ihwal mereka sebatas musyafahah (lisan.
CABANG-CABANG ILMU SANAD
1. Ilmu Thabaqat al-Ruwat berbicara mengenai tingkatan-tingkatan rawi hadis pada empat thabaqat,yakni: sahabat, tabi’un, atba’ al-tabi’in dan taba’ al-atba’)
2. Ilmu Ma`rifat al-Shahabah mengenalkan dan mendiskusikan para sahabat Rasulullah saw.
3. Ilmu al-Jarh wa al-Ta`dil membahas tentang bagaimana kritik terhadap para penutur hadis itu dilakukan.
Ketiga jenis kitab Sanad di atas pertama kali muncul di sekitar penghujung abad ke-2 H dan pertengahan abad ke-3I H, dan kajiannya meluas pada masa-masa sesudahnya.
4. IlmuTawarikh al-Mudun (sejarah kota-kota/negeri-negeri), yang memuat biografi para periwayat hadis (tarikh al-ruwat) pada suatu negeri/kota tertentu. Ilmu ini mulai muncul pada paruh kedua dari abad ke-3 H.
5. Ilmu Ma’rifat al-Asma’ wa Tamyizuha (pengenalan terhadap nama-nama perowi dan cara membedakannya). Ilmu ini lahir setelah periwayat hadis semakin banyak, dalam pada mana nama, kuniyah dan nasab mereka banyak yang serupa sehingga dibutuhkan pembedaannya.
Pada masa berikutnya dan meluas di abad ke-5 lahirlah kitab-kitab biografi Sanad al-hadits yang khusus mengulas para periwayat hadis yang terdapat pada suatu kitab hadis atau beberapa kitab hadis tertentu.
Kitab-Kitab Tarikh Sahabat
1. Kitab-Kitab Tarikh Sahabat
2. Kitab Ma’rifat Man Nazala min al-Shahabah Sa’iral-Buldan, karya Imam Ali Ibn Abdillah al-Madini (wafat tahun 234 H). Kitab ini tidak sampai kepada kita.
3. Kitab Tarikh al-Shahabah, karya Muhammad Ibn Isma’il al-Bukhari (wafat tahun 245 H). Kitab ini juga tidak sampai kepada kita.
4. Kitab al-Isti’ab fi Ma’rifat al-Ashhab, karya Abu ‘Umar Ibn Yusuf Ibn Abdillah yang masyhur dengan nama Ibnu ‘Abd al-Barr al-Qurthubi (wafat tahun 463 H). Kitab ini telah dicetak berulang kali, di dalamnya terdapat 4.225 biografi sahabat pria maupun wanita.
5. Kitab Ushuud al-Ghabah fi Ma’rifat al-Shahabah, karya ‘Izzuddin Abu al-Hasan Ali Ibn Muhammad Ibn Abd al-Karim al-Jazari, dan dikenal Ibn al-Atsir (wafat tahun 630 H), dicetak, di dalamnya terdapat.7554 biografi.
6. Kitab Tajrid Asma’ al-Shahabah, karya Al-Hafizh Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad Ibn Ahmad al-Dzahabi (wafat tahun 748 H), dicetak di India.
7. Kitab al-Ishabah Fi Tamyizi al-Shahabah, karya Syaikh al-Islam al-Imam al-Hafizh Syihabuddin Ahmad Ibn Ali al-Kinani, yang masyhur dengan nama Ibnu Hajar al-‘Asqalani (wafat tahun 852 H). Beliau adalah orang yang paling banyak melalukan pengumpulan dan penulisan. Jumlah kumpulan biografi yang terdapat dalam Al-Ishabah adalah 122.798, termasuk dengan pengulangan, karena ada perbedaan pada nama sahabat atau ketenarannya dengan kunyah-nya, gelar, atau semacamnya; dan termasuk pula mereka yang disebut sahabat , namun ternyata bukan.
Cara Mengetahui Sahabat Nabi
1. Melalui berita mutawatir.
2. Melalui berita masyhur, berdasar popularitas berita meskipun tidak sampai menembus batas minimal mutawatir.
3. Informasi dari seorang sahabat bahwa ‘dia’ yang diinformasikannya adalah sahabat .
4. Pengakuan sahabat yang bersangkutan bahwa dirinya adalah seorang sahabat (tentu setelah melalui proses verifikasi).
Terjadi silang pendapat mengenai siapa dari kalangan sahabat yang pertama kali masuk Islam. Ada yang mengatakan Abu Bakar al-Shiddiq. Ada juga yang mengatakan : Ali Ibn Abi Thalib. Sementara pendapat lain : Zaid Ibn Haritsah. Pendapat lain mengatakan : Khadijah Bintu Khuwailid.
Ibnu Hajar menyebutkan bahwa Khadijah adalah orangyang pertama membenarkan pengutusan beliau saw secara mutlak.
Penyusunan Kitab Berdasarkan Thabaqat (Generasi)
1. Kitab al-Thabaqat, karya Muhammad Ibn ‘Umar al-Waqidi (wafat tahun 207 H). Ibnu Nadim menyebutkan karya ini dalam kitab al-Fihrasat, sementara Muhammad Ibn Sa’ad, sekretaris al-Waqidi, dalam bukunya al-Thabaqat al-Kubra banyak pula menukil dari kitab gurunya tersebut.
2. Kitab al-Thabaqat al-Kubra, karya Muhammad Ibn Sa’ad (wafat tahun 230 H), dicetak dalam 14 jilid.
3. Kitab Thabaqat al-Ruwat, karya Khalifah Ibn Khayyath (wafat tahun 240 H). Ibnu Hajar mengambil darinya, dan terdapat manuskripnya hingga kini.
4. Kitab al-Thabaqat, karya Muslim Ibn al-Hajjaj al-Qusyairi (wafat tahun 261 H) dan tedapat manuskripnya hingga kini.
5. Kitab al-Thabaqat, karya Abu Bakar Ahmad Ibn Andillah al-Barqi (wafat tahun 270 H), mengambil darinya Ibnu Hajar dalam Tahdzib al-Tahdzib.
6. Kitab Thabaqat al-Muhadditsin, karya Abu al-Qasim Maslamah Ibn Qasim al-Andalusi (wafat tahun 353 H).
7. Kitab Thabaqat al-Muhadditsin Ibn Ashbahan wal Waridina ‘Alaiha, karya Abu Syaikh Ibn Hayyan al-Anshary (wafat tahun 369 H) dan terdapat manuskripnya hingga kini.
8. Kitab Thabaqat al-Muhadditsin, karya Abul-Qasim Abdurrahman Ibn Mandah (wafat tahun 470 H).
Banyak karya yang sudah hilang, sementara yang sampai ke tangan kita hanya sebagian kecil saja. Di antara karya-karya ‘thabaqat’ yang paling tinggi nilainya adalah kitab al-Thabaqat al-Kubra karya Ibnu Sa’ad.
Kitab Tarikh Berdasar Negeri Para Periwayat Hadis
1. Tarikh al-Naisabur, karya Imam Muhammad Ibn Abdillah al-Hakim al-Naisabury (wafat tahun 405 H). Diinformasikan kitab ini hilang.
2. Tarikh Baghdad, karya Abu Bakar Ahmad Ibn Ali al-Baghdadiy yang dikenal dengan al-Khathib al-Baghdadiy (wafat tahun 463 H), dicetak, termasuk kitab yang paling menonjol dan paling banyak manfaatnya.
3. Tarikh Dimasyq, karya seorang ahli sejarah Ali Ibn al-Husayn yang dikenal dengan Ibnu ‘Asakir al-Dimasyqi (wafat tahun 571 H).
Komentar
Posting Komentar