Langsung ke konten utama

Khutbah Idul Fitri 1432 H


Idul Fitri Hari Kemenangan

الله أكبر الله أكبر الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّأَصِيْلاً لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَه، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّجُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ
الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرُ الصِّيَامِ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَجَعَلَ عِيْدَ الْفِطْرِ ضِيَافَةً لِلصَّائِمِيْنَ وَفَرْحَةً لِلْمُتَّقِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ الأَمِيْن، اللهم فَصَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلهِ وَأَصْحَابِ الْكِرَامِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ الله

 أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْن
6
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد!
Hari ini, dengan sedikit perbedaan, sebahagian umat Islam di seluruh dunia merayakan hari kemenangan setelah sebulan mencoba menahan diri dari lapar, dahaga dan kegiatan lain yang dilarang dilakukan selama bulan puasa. Pada hari ini pula gema kalimat-kalimat Takbir, Tauhid dan Tahmid kita ucapkan dengan penuh rasa ikhlas.
Sebahagian umat Islam di kampung kita sehari sebelumnya, saudara-saudara kita juga melaksanakan kegiatan yang sama dengan yang kita lakukan.
Walaupun kita melaksanakannya dengan jamaah lebih ramai berbeda dalam jumlah dengan mereka, mari kita rayakan pula hari raya idul fitri ini dengan penuh rasa syukur dan ikhlas pada Allah SWT. Bahwa kita masih diijinkan untuk mengalami dan menjalani puasa pada tahun ini. Inilah nikmat umur yang Allah karuniakan pada kita.

6 الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد!
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar, Allah Maha Besar, Takbir adalah salah satu bentuk pernyataan rasa syukur kita.
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد!
'Idul Fitri, merupakan hari bahagia dan syukur bagi ummat Islam.
Ada dua nikmat yang Allah berikan pada bulan Ramadhan, yang dapat terasa terasa secara lahiriah. Yang pertama adalah nikmat pada saat berbuka. Kita merasakan betapa nikmatnya saat berbuka walaupun hanya dengan seteguk air, atau hanya sekedar sebiji kurma, atau sepotong roti. Nikmat, karena kita telah melampaui puasa hari itu dengan tuntas. Perasaan nikmat tersebut akan lebih terasa lagi bila kita banyak melakukan kebaikan atau ibadah sunah apalagi yang wajib, dan tidak berbuat dosa hari itu. Rasulullah bersabda : "Banyak yang berpuasa, tapi yang didapat hanya lapar dan dahaga saja."
Nikmat kedua adalah pada hari raya idul fitri ini. Pada hari ini kita merayakan kemenangan kita dalam memerangi hawa nafsu, dialah sebetulnya musuh kita yang paling besar.
Diriwayatkan, ketika Rasulullah dan para sahabat baru pulang dari salah satu perang besar, beliau berkata :"Kita baru saja melakukan suatu jihad kecil dan akan menghadapi jihad yang besar dan berat". Para sahabat heran, karena mereka menyangka baru saja mereka melakukan perang yang sangat berat dan meminta banyak pengorbanan, lantas bertanya "Jihad apakah lagi ya Rasulullah ?". Jawab Rasulullah : "Puasa, yaitu jihad memerangi hawa nafsu".

6 الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد!
Kaum Muslimin Jama’ah Ied Rahimakumullah
Apapun yang terbetik di hati kita, yang ada dalam benak pikiran kita saat ini, tetap kita harus memiliki satu pengakuan bahwa hari ini adalah hari kemenangan bagi orang-orang yang diliputi rasa menang karena dengan susah payah telah berjuang melawan hawa nafsu, sekaligus sebagai hari perenungan untuk mengakui kesalahan dan tobat serta memohon ampunan-Nya karena telah kalah oleh godaan dunia dan hawa nafsu.
Hari ini adalah hari dimana Ramadhan menyatakan dirinya pergi meninggalkan kita semua dan pasti akan kembali untuk datang mengajak kita beribadah yang sepuas-puasnya dalam mencapai keridhaan Allah di dalam menapaki kehidupan dunia ini. Sungguh ia pergi dan pasti akan datang lagi namun kita semua tidak tau pasti apakah kedatangnya akan berjumpa dengan kita.
Mungkin masih berbekas dalam hati dan ingatan kita, ketika orang-orang yang kita cintai, yang kita kasihi masih berada disekeliling kita. Saat ini, mereka tidak lagi bersama kita. Sungguh kekesalan hati seolah tak berujung, penyesalan terasa tak ada gunanya.7
Hari ini adalah hari dimana masjid-masjid mulai sepi dari suara azan lima waktu, sepi pengunjung yang datang berjama’ah, sepi dari suara lantunan ayat-ayat suci al-Qur’an, sepi dari keliaran anak-anak yang belajar shalat dan puasa, sepi dari kunjungan ibu-ibu yang mengaji tadarrus, sepi dari orang-orang yang ihlas mengisi celengan dana pemeliharaan masjid.
Hari ini adalah hari dimana iblis-iblis memasang spanduk selamat datang kepada kita, mengajak kita untuk bergabung bersamanya dalam merekayasa kehidupan dunia ini dengan kemaksiatan, keserakahan, kebohongan, penipuan, pemalsuan, penindasan, penyalah-gunaan wewenang dan perlakuan sewenang-wenang terhadap kaum yang lemah.
Hari ini adalah hari dimana kita mengukur nilai keimanan kita kepada Allah beserta ketundukan kita untuk melakukan segala syari’at-Nya, meneguhkan keyakinan kita untuk menyata-laksanakan nilai taqwa yang telah menjadi kewajiban kita sebagai makhluk yang hanya menumpang di bumi Allah ini.
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد!
Dengan memperhatikan kenyataan sebagaimana tersebut, marilah kita mempertanyakan kembali akan keberadaan diri kita, terhadap nilai dan makna puasa yang baru saja laksanakan.
Sudahkan kita menghitung berapa kali kita mencuri ?, berapa kali kita berbohong ?, berapa kali kita menipu ?. berapa banyak kita mengkonsumsi makanan yang haram yang bukan hak kita ?.
Sudahkah kita menghitung berapa kali kita menghardik orang tua kita ?, berapa kali menyakiti hati orang lain ?, berapa kali kita menggunjing, mengumpat dan menghina ? Tahukah kita bahwa semua itu adalah sama dengan memakan daging saudaranya yang mati ?
Sudahkah kita menghitung-hitung berapa lama kita telah meninggalkan kewajiban shalat, berapa banyak hari puasa kita yang rusak dan yang sengaja kita ditinggalkan ?. Sudah berapa banyak jumlah zakat yang kita keluarkan ?, sudah berapa tahun kita menunda untuk pergi ibadah haji padahal kita memiliki kemampuan untuk itu ?. sudahkah kita menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman hidup bagi kita yang telah menyatakan diri orang Islam ?.
Sungguh masih banyak lagi yang seharusnya kita pertanyakan pada diri kita, dan ternyata betapa banyaknya dosa-dosa yang telah menutupi jasad ini, sehingga diri kita hanya sepantasnya di siksa di dalam kubur dan di bakar di neraka.9
Wahai ummat yang saat ini hadir mendengar khutbah saat ini, sungguh telah banyak dosa yang kita pelihara, sungguh banyak kesalahan yang telah kita banggakan, dan sungguh masih banyak lagi dosa dan kesalahan yang mungkin telah kita rencanakan dan menanti seluruh indra kita untuk melakukannya.
Marilah kita terus bertanya dan senantiasa mengingat kesalahan dan dosa, karena dengan demikian berarti kita mendekatkan diri pada tobat dan tobat sungguh mendekatkan kita pada kasih sayang Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Pengasih, sehingga betapapun banyaknya kesalahan kita, sungguh masih lebih banyak kasih sayang-Nya, dan betapapun besarnya dosa kita, sungguh masih lebih besar ampunan-Nya, selama kita mau menyadari arti kehidupan ini - dan mau merubah cara hidup kita sesuai dengan tuntunan-Nya.
Sungguh masih ada amalan Rasulullah yang patut dijadikan amalan dalam memelihara taqwa kita dari pengaruh iblis yang terkutuk. Kalau saja puasa kita rasakan dapat mencegah kita berbuat maksiat, maka maukah kita berpuasa di luar bulan Ramadhan, sebagai benteng pertahanan dari pengaruh godaan syetan ?.

6 الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد!
            Ada tradisi khas milik orang Indonesia, kampung halaman kita di hari raya 'Idul Fitri, yaitu silaturrahim, atau orang menyebutnya silaturahmi. Meskipun silaturrahim tidak ada kaitannya secara langsung dengan rangkaian ibadah Ramadhan dan 'Idul Fitri, tapi tradisi ini sangat baik untuk dilestarikan dan dikembangkan.
Kita saling mengunjungi sanak saudara bahkan tetangga atau teman sejawat, atasan dan bawahan. Terkadang kita secara sengaja mudik, bepergian jauh, beratus kilometer bahkan mungkin beribu kilometer, hanya sekedar untuk menjumpai orang tua atau sanak famili. Sekedar untuk menjumpainya dan bersilaturahmi, menyegarkan ikatan kekerabatan, menyambung dan mempererat tali persaudaraan.
Kesempatan 'Idul Fitri tidak akan dijumpai pada momen lain apapun. Untuk itu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Bagi yang masih punya masalah dengan sanak saudaranya, kesempatan ini sangat cocok untuk saling bermaafan. Kepada mereka yang sudah mulai renggang, kesempatan ini sangat baik untuk merapatkan kembali. Kepada yang sudah akrab dan dekat, kesempatan ini tetap lebih baik untuk memupuk tali persaudaraan.
Ada janji Rasulullah yang patut untuk direnungkan. Beliau bersabda, "Barangsiapa menjamin untukku satu perkara, aku jamin untuknya empat perkara. Hendaknya dia bersilaturrahim, niscaya keluarganya akan mencintainya, diperluas baginya rezekinya, ditambah umurnya dan Allah memasukkannya ke dalam syurga yang dijanjikan-Nya." (HR. Ar-Rabii')
Dari hadist tersebut, betapa besar nilai silaturahmi. silaturahmi. Kegiatan ini sangat khas di kampung halaman kita. Jarang di negara lain yang mempunyai kebiasan seperti di kita.
Pada saat ini marilah kita pun meningkatkan silaturahmi diantara kita. Bukan saja pada saat-saat kegiatan besar seperti hari ini, tapi juga pada kesempatan-kesempatan lain. Saling mengunjungi, saling menanyakan kabar saling memperhatikan saling bantu. Apalagi ditambah dengan keadaan kita yang jauh dari famili/sanak keluarga. Sebaliknya jika kita diperhatikan sebaiknya kita bersyukur, karena masih ada yang memperhatikan kita. Jika ada yang bertanya kabar dan keadaan kita kita, jangan merasa kita sedang diadili, tapi artikanlah bahwa teman kita mencemaskan kita, memperhatikan kita, dan boleh jadi teman kita khawatir dengan keadaan kita, apalagi jika telah lama tidak bertemu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kosa Kata Bahasa Arab (2)

Mufrodat Pakaian dan Perlengkapan (اللباس و الألات الزينية ) معانى مفردات Pakaian لِبَاس  / ثَوْب Setelan مِسْدَرَة Gamis/Kemeja قَمِيْص Baju Dalam شِعَار Jas مِعْطَف Jubah جُبَّة Mantel عَبَاءَة Jas Hujan مِمْطَرَة Kaos Dalam عَرَقِيَّة / فَانِلَّة Sarung إِزَار Kain Panjang فُوْطَة Celana سِرْوَال Celana Dalam سِرْوَال دَاخِلِيّ Celana Panjang بَنْطَالُوْن Celana Cawat تُبَّان Blus بِلُوْزَة Rok Dalam تَنُّوْرَة B.H / Mini Set صُدْرِيَّة Baju Kurung جِلْبَان Saku جَيْب Kancing زِرّ Lobang Kancing عُرْوَة Lengan Baju كُمُّ Kerah Baju تَلْبِيْب Baju Atasan فَوْقَانِيَة Pakaian Biasa لِبَاس عَادِيّ Pakaian Tidur لِبَاس نَوْمِيّ Pakaian Sekolah لِبَاس مَدْرِسِيّ Pakaian O

Percakapan Bahasa Arab Harian

Dialek bahasa arab fasihah dan 'amiyah No Bahasa Amiyah Kalimat Arab dengan Tulisan Melayu Bahasa Fasih Makna 1 عَلَى كَيْفَكْ Ala kaifak على ما تريد أنت Menurut keinginanmu 2 ذا الحين Dzal hin الآن Sekarang 3 زَعْلانْ Za'lan غَضْبَانْ Marah 4 لَصِّ السراج Lasshi siroj وَلَّعْ السراج Hidupkan lampu 5 ماندري واه Manadri wah ما أعرف Gak tau 6 قدينك Qodainak أين أنت Dimana kamu 7 سيكل Cycle دراجة Sepeda 8 مزرم Mizrim غضبان Marah 9 سيكل ناري Cycle nari دراجة نارية Sepeda motor 10

المرأة فى الاحاديث الضعيفة

المرأة في الأحاديث الضعيفة والموضوعة تأليف أبو مالك محمد بن حامد بن عبد الوهاب المرأة في الأحاديث الضعيفة والموضوعة تأليف أبو مالك محمد بن حامد بن عبد الوهاب بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ رحم الله شيخنا الألبانيّ، الّذي عرفنا عن طريقه أثر الأحاديث الضعيفة الموضوعة السّيئ على الأمّة، إذ كلّما قرأت حديثاً موضوعاً تأمّلت واقعه، وتتبعت أثره، حتّى تبينت منهجاً كاملاً، استطاع أن يحوّل الدّين إلى مجموعةٍ من الأساطير، وهي غايةٌ عظمى لأعدائه على مدار تاريخه، فالقضيّة هي: تفريغ أمّةٍ من دينها الصّحيح، واستبدال دينٍ خرافيٍّ جزافيٍّ به، يتهوّك به المتهوّكون، ويسخر منه السّاخرون. وكانت قضيّة ’المرأة‘ إحدى أهمّ القضايا، الّتي شغلتني عند تتبعي للأحاديث الموضوعة، الّتي شاعت بين أوساط النّاس في سقوطنا، وتخلّفنا الاجتماعيّ، فلقد أتى علينا زمانٌ ندعو فيه إلى إبادة إنسانيّة المرأة، ونمارس ’الوأد‘ في صورٍ مختلفةٍ تناسب الدّعوى الجاهليّة، حتّى بلغ الجهل بالمرأة المسلمة ح دا أخفقت معه في تربية أجيالٍ، ممّا مهد لما نجني ثماره اليوم، ممّا هو معلومٌ ومشاهدٌ، حيث كان المجتمع يمارس إر