Langsung ke konten utama

Fiqh Sunnah Haji


FIQH SUNNAH HAJI
oleh Sayyid Sabiq
(diambil dari arafah online)
line.jpg (1617 Byte)
HAJI RASULULLAH SAW
Diriwayatkan oleh Muslim, katanya : "Abu Bakar bin Abi Syaibah dan Ishak bin Ibrahim sama-sama menyampaikan hadits kepada kami yang di terimanya dari Hatim. Kata Abu Bakar : "Sebuah hadits disampaikan oleh Hatim bin Ismail Madani kepada kami, yang diterimanya dari Ja'far bin Muhammad yang menerimanya pula dari bapaknya, demikian ceritanya bapaknya itu : "Kami datang menemui Jabir bin Abdullah r.a. dirumahnya. Iapun menanyakan anggota rombongan seorang demi seorang, hingga akhirnya sampai kepadaku. Jawabku : "saya ini ialah Muhammad Ali bin Husein, " dan kuletakkan tanganku keatas kepalaku, maka ditariknya tanganku sebelah atas, kemudian yang sebelah bawah, lalu ditaruhnya telapak tangannya ke tengan-tengah dadaku dan ketika itu aku masih seorang remaja. Katanya : "Selamat datang, hai anak saudaraku, tanyakanlah apa yang hendak kau tanyakan!".
Maka saya ajukan pertanyaan kepadanya - ia adalah seorang buta - rupanya datang waktu sholat maka iapun berdiri dengan berselubungkan kain. Tetapi karena kecilnya, setiap diletakkanya diatas baunya, pinggirnya kembali terbuka, sedang jubahnya disampingnya atas gantungan.
Setelah ia selesai sholat bersama kami, saya katakan kepadanya : "Ceritakanlah kepadaku bagaimana cara haji Rasulullah saw.!" Maka iapun memberi isyarat dengan tangannya, di rapatkannya 9 buah jarinya, serta katanya :  ”Ada sembilan tahun lamanya Rasulullah saw tinggal tidak melakukan haji - yakni di Madinah - kemudian pada tahun ke sepuluh di umumkan kepada khalayak ramai bahwa Rasulullah saw akan berhaji. Maka banyaklah orang datang ke Madinah, ingin hendak mengikuti Rasulullah saw dan mencontoh amal perbuatannya.
Maka kamipun berangkat bersamanya hingga sampai ke Dzul Hulaifah. Kebetulan Asma binti 'Umeis melahirkan putra yaitu Muhammad bin abi Bakar. Maka disuruhnya orang menemui Rasulullah saw. buat menanyakan apa yang harus dilakukannya. Sabda Rasulullah : "Mandilah kamu dan ikatlah perban pada kemaluanmu lalu ihromlah!".
Kemudian Rasulullah saw. melakukan sholat di masjid lalu menaiki Koswa - yaitu untanya - hingga setelah hewan itu berada di padang pasir dilihatnya didepannya lautan manusia sejauh-jauh mata memandang, ada yang diatas kendaraan dan ada pula yang berjalan kaki. Ketika menoleh kesebelah kanan, dilihatnya seperti itu pula, demikian pula halnya disebelah kiri dan dibelakangnya. Jadi Rasulullah saw berada di kalangan kami, kepadanya diturunkan Al-Qur'an dan ia mengetahui arti tafsirnya, dan apa-apa yang dilakukannya maka kami kerjakan pula.
Maka iapun membaca talbiya dengan suara keras : "Labbaik allahumma labbaik, labbaika laa syariika laka labbaik, innal hamda wan ni'mata laka walmulk, laa syariika lak". (Aku datang memenuhi panggilanMu ya Allah, aku datang kupenuhi panggilanMu, tiada serikat bagiMu. Sesungguhnya puji-pujian dan nikmat karunia itu adalah milikMu, begitupun kerajaan, tiada serikat bagiMu).
Orang-orang mengucapkan talbiyah seperti itu, sedang Rasulullah saw. tiada menolak sedikitpun ucapan mereka, hanya ia meneruskan membaca talbiyahnya".
Cerita Jabir r.a. selanjutnya : "Kami hanya meniatkan haji, karena kami belum lagi mengenal umrah. Demikianlah setelah kami sampai ke Ka'bah bersamanya, iapun mengusap rukun atau sudutnya dengan telapak tangannya. Ia berlari-lari kecil tiga kali dan berjalan biasa 4 kali, lalu terus ke Maqam - tempat berdiri menjalankan ibadah - Ibrahim a.s. dan membaca: Wattakhadzuu min maqaami Ibraahima mushalla" (Mereka ambil makam Ibrahim sebagai mushalla). Kemudian ia berdiri di suatu tempat hingga makam itu berada diantaranya dengan ka'bah, buat melakukan shlat. Pada sholat dua raka'at itu dibacanya: "Qul huwallaahu ahad" dan "Qul yaa aiyuhal kaafiruun", lalu ia kembali ke rukun tadi serta mengusapnya pula. Setelah itu ia keluar dari pintu gerbang menuju Shafa: Dan setelah dekat ke Shafa, dibacanya: "Innash shafaa wal marwata min sya'aarillah, abdau bimaa badallaahu bih" (Sesungguhnya Safa dan Marwa itu termasuk di antara syi'ar-syi'ar Allah" kumulai dengan apa yang dimulai Allah)
Maka dimulailah dari Shafa, lalu didakinya bukit itu hingga kelihatan olehnya Ka'bah. Iapun menghadap qiblat, membaca kalimat tauhid dan takbir serta katanya:"Laa ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariika lah, lahul mulku walahul hamdu, wahuwa 'alaa kulli syaiin qadiir. Laa ilaaha illallaahu wahdahu, anjaza wa'dahu wamashara 'abdahu wahazamal ahzaaba wahdah" (Tiada Tuhan melainkan Allah, Tunggal tiada berserikat. BagiNyalah kerajaan dan milikNya puji-pujian, dan Ia kuasa atas segala sesuatu. DipenuhiNya janjiNya, dibantuNya hambaNya, dan dikalahkanNya pihak yang bersekutu seorang diriNya).
**)Maksudnya dikalahkanNya musuh-musuh itu tanpa perjuangan dari pihak manusia dan tenaga mereka sendiri. Dan yang dimaksud dengan pihak bersekutu atau azab ialah musuh- musuh yang bersekongkol menghadapi Rasulullah waktu perang khandak.
Sementara itu ia berdo'a dicelah-celah upacara tadi. Hal di atas diulanginya sampai tiga kali. Setelah itu ia turun ke Marwa, hingga demi kedua tumitnya telah berpijak diperut lembah, iapun mulai berlari. Kemudian setelah sampai di tempat mendaki kemablai ia berjalan kaki hingga tiba di Marwa. Disini dilakukannya pula seperti di Shafa.
Ketika thowafnya yang penghabisan berakhir di Marwa, sabdanya : "Seandainya saya nanti melakukan lagi apa yang telah saya ibadatkan (saya kerjakan) tadi, saya tidak membawa hewan korban, hanya saya jadikan saja ibadat tadi sebagai umrah. Maka barang siapa diantaramu tidak mempunyai korban, hendaklah dia ihlal, dan menjadikan ibadatnya sebagai umrah!".
Maka berdirilah Suraqah bin Malik katanya : "Ya Rasulullah, apakah buat tahun ini saja, atau buat selama-lamanya?". Rasulullahpun mempersilangkan jari-jari tangannya, yang satu pada yang lainnya lalu sabdanya : "Umrah tercakup dalam haji selama dua kali masa, tidak, bahkan buat selama-lamanya".
Sementara itu Ali tiba dari Yaman, membawa hewan-hewan korban buat Rasulullah saw. Didapatinya Fatimah r.a. telah ihlal bersama orang-orang itu, ia memakai pakaian bercelup dan bercelak mata. Ali r.a. menyalahkannya berbuat demikian itu. Tapi kata Fatimah r.a.: "Bapaklah yang menyuruhku melakukannya".
Ulas Jabir pula : "Di Irak Ali bercerita : "Sayapun pergi menemui Rasulullah saw. agar ia memarahi Fatimah atas perbuatannya itu, sambil meminta fatwanya mengenai ucapan Fatimah itu, dengan tak lupa mengatakan bahwa saya telah menyalahkannya". Maka sabdanya : "Benar, benarlah apa yang dikatakannya itu! Apa yang kau ucapkan ketika hendak memulai haji?". Ujarku : "Ya Allah, saya bertalbiah sebagaimana diucapkan oleh RasulMu".
Sabda nabi pula: "Saya ada mempunyai hewan untuk korban, maka tak usah kau ihlal dulu". Cerita Jabir : "Jumlah hewan yang dibawa Ali dari Yaman dan yang disediakan oleh Nabi saw. ada seratus ekor". Maka orang-orangpun berihlallah dan bercukur semua, kecuali Nabi saw. dan orang-orang yang mempunyai hewan untuk korban.
Tatkala tiba hari Tarwiah - yakni tanggal 8 Dzulhijjah - mereka berangkat menuju Mina, dan bertalbiyah untuk haji. Rasulullah saw. menunggangi kendaraan dan di sana ia melakukan sholat dhuhur, Ashar, Maghrib, Isya dan Shubuh.
Ia tinggal di sana sebentar menunggu matahari terbit dan menempuh waktu sambil menyuruh orang mendirikan kemah dari kayu di Namirah. Kemudian Rasulullah saw. berjalan, dan orang-orang Quraisy merasa yakin dia tentu akan wuquf di Masy'aril haram sebagaimana dilakukan orang Quraisy di masa jahiliyah.
Tetapi rupanya Rasulullah saw. langsung dan terus ke Arafah dan didapatinya kemah telah didirikan di Namirah, maka iapun berhenti di sana dan tatkala matahari telah tergelincir, di halaunya pula Koswa buat berjalan hingga sampai di bagian bawah lembah. Di sana dia berpidato dihadapan manusia, sabdanya : "Sesungguhnya darah dan harta bendamu adalah suci bagimu sebagaimana sucinya hari ini, di bulan ini, dan di negeri ini. Ketahuilah bahwa segala sesuatu tentang urusan jahilayah telah hapus dan ditaruh di bawah telapak kakiku. Tuntutan darah masa jahiliyah telah dibatalkan, dan tuntutan yang mula-mula dihapuskan dari darah kita ialah darah ibnu Rabi'ah bin Harits - ia disusukan di bani Sa'ad dan dibunuh oleh suku Hudzeil -, riba jahiliyah juga batal, dan riba kita yang mula pertama yang saya batalkan adalah riba Abbas bin Abdul Muthalib, semuanya menjadi batal.
Dan takutlah kamu kepada Allah mengenai wanita, karena kamu mengambil mereka dengan jaminan dari Allah, dan kamu halalkan kehormatan mereka asal tidak melewati batas. Dan adalah hak kamu atas mereka tidak seorangpun yang tidak kamu senangi boleh mereka ijinkan menginjak pekaranganmu seandainya itu mereka lakukan, bolehlah kamu memukul mereka, asal tidak melewati batas. Sebaliknya menjadi kewajiban kamu terhadap mereka memberi mereka nafkah dan pakaian secara patutnya. Sungguh, telah saya tinggalkan buat kamu sesuatu, yang jika kamu pegang teguh kamu tidak akan sesat setelah itu: yaitu Kitabullah! dan kelak kamu akan ditanyai mengenai daku, maka apa katamu?". Ujar mereka : "Kami mengakui bahwa anda telah memberikan nasehat". Sabdabya sambil mengacungkan telunjuknya ke langit lalu menudingkannya kepada manusia bolak-balik berkali-kali : "Ya Allah, saksikan! ya Allah maka saksikanlah!" sebanyak tiga kali.
Kemudian iapun adzan, lalu qamat dan melakukan sholat dzuhur, lalu qamat lagi dan melakukan sholat ashar tanpa diselingi suatu sholatpun diantara keduanya.
Setelah itu Rasulullah saw. menaiki kendaraannya lagi hingga tiba di Mauqif. Di sana dihentikannya kendaraannya, hingga perut Kuswa telah berada di atas tanah. Bukit tempat berhimpun orang-orang yang berjalan kaki berada di depannya, sedang ia sendiri menghadap ke arah kiblat.
Rasulullah saw. masih tetap berdiri sampai matahari terbenam; warna kuning mulai lenyap hingga bola mataharipun tenggelam. DIsuruhnya Usamah membonceng di belakang, lalu Rasulullah-pun berangkatlah.
Tali kekang ditariknya kuat-kuat, hingga kepala hewan itu hampir saja bersentuhan dengan tempat si pengendara menaruh kakinya, lalu sabdanya sambil memberi isyarat dengan tangan kanannya : "Hai manusia! Tetaplah tenang!".
Setiap melalui tempat mendaki, diulurkannya tali kekang sedikit hingga tiba diatas. Akhirnya sampailah ia di Muzdalifah, lalu melakukan sholat Maghrib dan 'Isya dengan sekali adzan dan dua kali qamat, sedang di antara kedua sholat itu ia tidak membaca tasbih sedikitpun.
Setelah itu Rasulullah saw. berbaring tidur hingga terbit fajar. Ketika ternyata olehnya bahwa waktu shubuh telah tiba, iapun mengerjakan shalat Shubuh, yakni dengan sekali adzan dan sekali qamat. Kemudian dinaikinya Koswa dan berkendaraan hingga sampailah ia di Masy'aril Haram. Iapun menghadap kiblat, lalu mendo'a kepada Allah, membaca takbir, tahlil dan kalimat tauhid. Ia tetap berdiri sampai hari benar-benar terang. Dan sebelum matahari terbit Nabipun berangkat dan membonceng Fadhal bin 'Abbas di belakangnya. Ia ini adalah seorang laki-laki yang berambut dan berparas elok dan putih kulitnya.
Kebetulan ketika Nabi mulai berangkat itu, lewatlah di dekatnya kendaraan- kendaraan bermuatan penumpang wanita dari Bahren. Mata Fadhal tak lepas dari memandangi mereka. Maka Rasulullah saw. menutupi wajah Fadhal dengan telapak tangannya, hingga Fadhal memutar wajahnya dan memandangi mereka dari arah lain. Kembali Rasulullah menutupi wajah Fadhal dari arah sebelah, hingga Fadhal terpaksa pula merobah arah pandangannya. Akhirnya sampailah Nabi di lembah Muhasir. Ia bergerak sedikit lalu menempuh jalan tengah yakni yang menuju ke Jumratul Kubra.
Dan tibalah ia di jumrah yang terletak dekat pohon kayu. Maka dilemparnya dengan tujuh kerikil, dan setiap melemparkan satu kerikil yang besarnya seperti batu untuk melempar itu, ia membaca takbir. Nabi melakukannya ialah dari dasar lembah.
Setelah itu ia berpaling menuju tempat penyembelihan, dan menyembelih 60 ekor hewan korban dengan tangannya sendiri. Lalu menyerahkan kepada Ali yang menyembelih sisa yang tinggalnya dan dibawa serta oleh Nabi dalam berkorbannya. Kemudian disuruhnya mengambil sekerat daging tiap-tiap unta yang disembelih, dimasukkan ke dalam belanga dan dimasak. Mereka makanlah daging itu dan mereka minum kuahnya.
Setelah itu Rasulullah saw. berkendaraan lagi dan melakukan thawaf Ifadhoh di ka'bah, lalu sholat dhuhur di Mekah. Kemudian pergi mendapatkan bani Abdul Muthalib buat memintakan jemaah air minum dari telaga zamzam, sabdanya: "Pergilah minta air kepada bani Abdul Muthalib dan timbalah! seandainya saya tidak takut orang-orang akan berebutan air hingga kamu jadi terdesak -karena anggapan bahwa itu termasuk dalam upacara haji- tentulah saya akan turut menimba bersamamu! " Merekapun memberikan air minum seember kepada Nabi, yang oleh Nabi diminum sebagian".
line.jpg (1617 Byte)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kosa Kata Bahasa Arab (2)

Mufrodat Pakaian dan Perlengkapan (اللباس و الألات الزينية ) معانى مفردات Pakaian لِبَاس  / ثَوْب Setelan مِسْدَرَة Gamis/Kemeja قَمِيْص Baju Dalam شِعَار Jas مِعْطَف Jubah جُبَّة Mantel عَبَاءَة Jas Hujan مِمْطَرَة Kaos Dalam عَرَقِيَّة / فَانِلَّة Sarung إِزَار Kain Panjang فُوْطَة Celana سِرْوَال Celana Dalam سِرْوَال دَاخِلِيّ Celana Panjang بَنْطَالُوْن Celana Cawat تُبَّان Blus بِلُوْزَة Rok Dalam تَنُّوْرَة B.H / Mini Set صُدْرِيَّة Baju Kurung جِلْبَان Saku جَيْب Kancing زِرّ Lobang Kancing عُرْوَة Lengan Baju كُمُّ Kerah Baju تَلْبِيْب Baju Atasan فَوْقَانِيَة Pakaian Biasa لِبَاس عَادِيّ Pakaian Tidur لِبَاس نَوْمِيّ Pakaian Sekolah لِبَاس مَدْرِسِيّ Pakaian O

Percakapan Bahasa Arab Harian

Dialek bahasa arab fasihah dan 'amiyah No Bahasa Amiyah Kalimat Arab dengan Tulisan Melayu Bahasa Fasih Makna 1 عَلَى كَيْفَكْ Ala kaifak على ما تريد أنت Menurut keinginanmu 2 ذا الحين Dzal hin الآن Sekarang 3 زَعْلانْ Za'lan غَضْبَانْ Marah 4 لَصِّ السراج Lasshi siroj وَلَّعْ السراج Hidupkan lampu 5 ماندري واه Manadri wah ما أعرف Gak tau 6 قدينك Qodainak أين أنت Dimana kamu 7 سيكل Cycle دراجة Sepeda 8 مزرم Mizrim غضبان Marah 9 سيكل ناري Cycle nari دراجة نارية Sepeda motor 10

المرأة فى الاحاديث الضعيفة

المرأة في الأحاديث الضعيفة والموضوعة تأليف أبو مالك محمد بن حامد بن عبد الوهاب المرأة في الأحاديث الضعيفة والموضوعة تأليف أبو مالك محمد بن حامد بن عبد الوهاب بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ رحم الله شيخنا الألبانيّ، الّذي عرفنا عن طريقه أثر الأحاديث الضعيفة الموضوعة السّيئ على الأمّة، إذ كلّما قرأت حديثاً موضوعاً تأمّلت واقعه، وتتبعت أثره، حتّى تبينت منهجاً كاملاً، استطاع أن يحوّل الدّين إلى مجموعةٍ من الأساطير، وهي غايةٌ عظمى لأعدائه على مدار تاريخه، فالقضيّة هي: تفريغ أمّةٍ من دينها الصّحيح، واستبدال دينٍ خرافيٍّ جزافيٍّ به، يتهوّك به المتهوّكون، ويسخر منه السّاخرون. وكانت قضيّة ’المرأة‘ إحدى أهمّ القضايا، الّتي شغلتني عند تتبعي للأحاديث الموضوعة، الّتي شاعت بين أوساط النّاس في سقوطنا، وتخلّفنا الاجتماعيّ، فلقد أتى علينا زمانٌ ندعو فيه إلى إبادة إنسانيّة المرأة، ونمارس ’الوأد‘ في صورٍ مختلفةٍ تناسب الدّعوى الجاهليّة، حتّى بلغ الجهل بالمرأة المسلمة ح دا أخفقت معه في تربية أجيالٍ، ممّا مهد لما نجني ثماره اليوم، ممّا هو معلومٌ ومشاهدٌ، حيث كان المجتمع يمارس إر