$ 2150
+ Rp. 850.000,- = 2150 dollar U$ x asumsi dollar Rp. 9300 = Rp. 19.995.000,- + Rp. 850.000,- = Rp. 20.845.000,-
Total Perjalanan
15 Hari
No
|
Route
Perjalanan
|
Penerbangan
|
Lokasi
|
Medan – KL – Delhi |
Air
Asia Airline
|
New Delhi | |
Tajmahal | |||
Kutub Minar | |||
Red Fort | |||
Shopping Centre | |||
Delhi – Madinah |
Saudi
Arabia
|
Madinah 4 hari | |
Makkah 5 hari | |||
Jeddah – KL - Medan |
MAS
|
Cattatan: Pembiyaan untuk:
1.Visa ke India
2. Suntik Manginitis
3. Tiket Medan - KL - New Delhi (Air Asia)
4. Tiket New Delhi - Madinah (Saudi Arabia Airline)
5. Tiket Jeddah - KL- Medan (MAS/Saudi Arabia Airline)
6. Hotel di New Delhi India dan Aghra Tajmahal
7. Makan
8. Visa Umrah
9. Transportasi di India dan Makkah-Madinah
10. Masa Tinggal di India 4 malam tiga hari
11. Masa Tinggal di Makkah 5 hari
12. Masa Tinggal di Madinah 4 hari
13. Dapat Bag
14. Kain Ihram Pria
15. Mukena Perempuan
Setelah
belasan jam terbang melintasi Samudera Hindia dan Laut Arab, pesawat
tiba di atas Madinah dini hari. Di kegelapan menjelang subuh yang dingin
menusuk tulang, sekitar 17° Celcius, tampak kemegahan Masjid Nabawi
dengan menara-menaranya yang bermandikan sorot cahaya lampu berwarna
kuning keemasan, sendirian di tengah kesenyapan yang benar-benar
mengundang kesyahduan.
Kami terus menatap masjid bersejarah tersebut, sebuah masjid yang
dibangun Rasulullah SAW bersama keempat sahabatnya. Dinamakan Masjid
Nabawi karena seringkali Rasulullah dengan penuh kecintaan menyebutnya,
“Masjidku…”
Masjid Nabawi memiliki sejarah teramat panjang,
sepanjang kisah Risalah yang dibawa oleh Nabi SAW. Tatkala Rasulullah
SAW meninggalkan Makkah karena terus dimusuhi orang-orang kafir Quraiys
dan tiba di Yastrib (sekarang Madinah), beliau disambut penduduk
Madinah—kaum Anshar—dengan penuh suka cita. Seluruh kaum Anshar
menawarkan Rasulullah untuk tinggal di rumahnya. Agar tidak menyakiti
salah satu dari mereka, Rasulullah akhirnya melepas ikatan untanya dan
mengatakan, “Biarlah untaku yang akan memilih rumah buat tempat
tinggalku. Ia pasti diperintah oleh Rabbnya…”
Sang unta pun berjalan dan berhenti setibanya di
depan kediaman Ayyub Al-Anshari—sahabat Rasulullah SAW yang dimakamkan
di Istanbul, Turki. Ayyub pun bersujud dan bersyukur atas karunia dan
keberkahan tersebut. Dengan bersuka cita Ayyub mempersilakan Rasulullah
tinggal di rumahnya.
Setelah
beberapa waktu tinggal di Yastrib, Rasulullah bersama para sabatanya
membangun sebuah masjid di atas tanah wakaf As’ad ibnu Zurrah dan kedua
yatim Sahal dan Suhail Ibnu Amr ibn Amarah. Peletakan batu pertama
dilakukan Rasulullah sendiri, dan kemudian batu kedua oleh Abu Bakar r.
A., batu ketiga oleh Umar bin Khattab r. A., batu keempat oleh Utsman
bin affan r. a., dan batu kelima oleh Ali bin Abi Thalib r. a.
Peletakan batu pondasi masjid Nabawi ini
merupakan sebuah sinyal bagi umat Islam dalam urutan kepemimpinan umat.
Sepeningal Rasulullah, abu Bakar-lah yang menjadi Khalifah, setelah itu
baru Umar, Utsman, dan Ali r. A. Hal ini dilakukan tatkala Rasulullah
SAW masih hidup dan kala itu sama sekali tidak ada perpecahan sedikit
pun. Hanya saja, beberapa tahun setelahnya, ada sebagian orang-orang
yang mengaku Islam memprotes urutan kekhalifahan ini dan memecah-belah
kesatuan umat hingga sekarang.
Keutamaan Masjid Nabawi
Masjid yang berdiri di pusat kota Madinah ini
mengandung sejumlah keutamaan. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Sholat
di masjidku ini lebih utama daripada sholat seribu kali di masjid lain,
kecuali Masjidil Haram."
Dalam satu riwayat lain, Rasul bersabda, "Barang
siapa sholat di masjidku 40 waktu tanpa terputus, maka ia pasti selamat
dari neraka dan segala siksa dan selamat dari sifat munafik."
Masjid ini didirikan oleh Rasulullah SAW dan
para sabatnya pada tahun pertama hijriyah (622 M) di atas tanah seluas
1050 meter persegi, yakni persis di sebelah barat rumah Rasul, yang kini
dijadikan makam Rasulullah SAW dan sekarang telah masuk ke dalam
kompleks Masjid Nabawi. Berziarah ke masjid Nabawi ini adalah masyru' (diperintahkan)
dan termasuk ibadah. Penyataan ini sesuai dengan sabda Rasul,
"Janganlah engkau mementingkan bepergian kecuali kepada tiga masjid,
yaitu Masjidil Haram, Masjidku ini (Masjid Nabawi), dan Masjidil Aqsha. ”
Airmata Kabahagiaan
Memandang keindahan Masjid Nabawi dini hari
merupakan pengalaman relijius yang sangat mengharukan. Betapa rasa
syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT, hingga tak terasa air mata
kembali meleleh membasahi pipi. Bayang-bayang Rasulullah SAW dan para
sahabatnya pun hadir dalam relung hati yang paling dalam. Ya Allah,
betapa besarnya sumbangan mereka terhadap agama-Mu ini, dan betapa
kecilnya sumbanganku demi tegaknya agama-Mu. Kami pun tertunduk menekuri
lantai marmer yang begitu luas dan bersih. Juga sangat dingin.
Kian pagi menjelang Subuh, kian banyak jemaat
yang mendatangi masjid besar ini. Jumlahnya bukan lagi ratusan namun
ribuan. Kami kembali merasa sendirian di tengah keramaian subuh hari
yang begitu syahdu. “Ya Allah, adakah makna hadirnya kami di tengah
ribuan hamba-Mu ini Ya Allah?” Kami pun segera bersimpuh. Ya Allah,
kuatkanlah iman ini, kokohkanlah ketauhidan ini, jagalah hati ini agar
selalu menuju keagungan-Mu, agar selalu bersama hamba-hamba-Mu yang
sholih, agar jangan sekali pun berpaling melupakan-Mu dan asyik dengan
permainan dunia yang fana. Kabulkanlah Ya Allah…
Komentar
Posting Komentar