Contoh Khutbah Pertama
الحَمْدُ للهِ الذِي جَعَلَ فِي تَعاقُبِ الليَالِي والأَيّامِ
عِبْرَةً للمُعْتَبِرينَ، وفِي انصِرامِ الشُّهورِ والأَعْوامِ ذِكْرَى لِعبَادِه
المؤمِنينَ، وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَريكَ لَهُ، أَمَرَ
عِبادَهُ بالاستِفادَةِ ممَّا مَضَى، وعَدَمِ الحَسْرَةِ علَى ما فَاتَ وانقَضَى،
وأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ ورَسولُهُ المُرتَضَى، صَلَّى اللهُ وسلَّمَ
علَيْهِ وعلَى آلهِ وأَصحابِهِ أَهلِ الرِّضَى، وعلَى مَنْ تَبِعَهم بإِحسَانٍ
إِلى يَوْمِ البَعْثِ والقَضَاء. أَمّا بَعْدُ، فَيا مَعْشَرَ
المؤمِنينَ، ويَا جُموعَ المُصلِّينَ، أُوصِيكُم بِتَقوى اللهِ رَبِّ العَالَمينَ،
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ
إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ. أما بعد:
Kaum muslimin jamaah sholat jumat yang dimuliakan Allah
Alhamdulillah,
kita panjatkan selalu puji syukur kepada Allah swt karena kita masih dapat
hidup dalam kondisi beriman dan sebagai seorang muslim. Dari mimbar jumat ini
khatib mengajak, marilah kita tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah, dengan
berusaha menjalankan semua yang Allah perintahkan dengan hati yang ikhlas dan
penuh ketaatan, serta berupaya sekuat tenaga meninggalkan larangan-larangan
Allah dengan hati yang patuh dan penuh ketundukan.
Hadirin yang dimuliakan Allah
Orang beriman dalam beberapa kesempatan dan waktu, hendaklah
berhenti sejenak untuk menghitung-hitung diri dan amal yang telah diperbuatnya
pada hari-hari yang lalu, kemudian memperkuat keinginan untuk memperbaiki dan
menambah amal kebaikannya. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ
نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang beriman, takut kepada Allah dan hendaklah
setiap jiwa memperhatikan apa yang telah disiapkannya untuk hari esok dan takut
kepada Allah, karena Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Hasyr: 18)
Sesungguhnya hari-hari yang berlalu, bulan-bulan yang datang
silih berganti, dan tahun-tahun berakhir kemudian datang tahun yang baru,
semuanya berjalan dan berlalu dengan maksud dan mengandung tujuan yang
jelas dari Allah. Allah berfirman:
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثاً وَأَنَّكُمْ
إِلَيْنَا لا تُرْجَعُونَ
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami
menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan
dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al-mukminun: 115)
Sesungguhnya penciptaan ini alam, beserta isinya, beserta
manusia yang ada di dalamnya, serta berlalunya hari yang datang silih berganti
bukanlah untuk dilalui dengan permainan dan kesia-siaan belaka, sebagaimana
hari-hari itu dilalui oleh mereka yang kafir kepada Allah. Bagi orang beriman
tentu tidaklah sama, hari-hari yang mereka lalui ada ketaatan yang dilakukan
dan dijalankan.
Contoh Khutbah Pertama
الْحَمْدُ للهِ، خَلَقَ الخَلْقَ وَقَدَّرَ الأَشْيَاءَ،
وَاصْطَفَى مِنْ عِبَادِهِ الرُّسُلَ وَالأَنْبِيَاءَ، بِهِمْ نَتَأَسَّى
وَنَقْتَدِي، وَبِهُدَاهُمْ نَهْـتَدِي، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ بِمَا هُوَ لَهُ
أَهْـلٌ مِنَ الحَمْدِ وَأُثْنِي عَلَيْهِ، وَأُومِنُ بِهِ وَأَتَوَكَّلُ
عَلَيْهِ، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْـلِلْ فَلاَ هَادِيَ
لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ،
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ،
أَنْزَلَ عَلَيْهِ رَبُّهُ القُرآنَ المُبِينَ؛ بَلاَغًا لِقَوْمٍ عَابِدِينَ،
وَجَعَلَ رِسَالَتَهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ، صلى الله عليه وسلم وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَالتَّابِعِينَ
لَهُمْ بإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَمَّا بَعْدُ : فيل
أيها المسلمون أوصي نفسي و إياكم بتقوى الله فقد فاز المتقون
Kaum
Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang dirahmati Allah
Di
tengah kehidupan yang senantiasa bergulir, jumat demi jumat berlalu, seiring
itu juga khutbah demi khutbah kita perdengarkan dan menyirami sejenak hati yang
penuh ketundukan dan mengharapkan keridhoaan Allah. Kesadaran kemudian
muncul dengan tekad untuk menjadi hamba yang Allah yang taat. Namun kadangkala
dengan rutinitas yang kembali mengisi hari-hari kita kesadaran itu kembali
tumpul bahkan luntur. Oleh sebab itulah melalui mimbar jumat ini khotib kembali
mengajak marilah kita berupaya secara sungguh-sungguh memperbaharui keimanan
dan ketaqwaan kita kepada Allah, memperbaharui kembali komitmen kita kepada
Allah yang sering kita ulang-ulang namun jarang diresapi, sebuah komitmen yang
mestinya menyertai setiap langkah kita:
إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ لا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأنا من الْمُسْلِمِينَ
Sesungguhnya
sholatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku
adalah termasuk orang orang yang menyerahkan diri.
Kaum
Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang berbahagia
Imam Ibnu Katsir
menyebutkan dalam Tafsirnya bahwa: Suatu ketika Umar bin Khathab ra bertanya
kepada seorang sahabat bernama Ubay Ibnu Ka’ab ra tentang taqwa walau hal itu
merupakan suatu yang hal yang sangat mereka ketahui, namun bertanya satu sama
lainnya di antara mereka dalam rangka mendalaminya adalah hal yang sangat
mereka sukai. Kemudian Ubay balik bertanya: “Wahai Umar, pernahkah engkau
melalui jalan yang di penuhi duri?” Umar menjawab, "ya, saya pernah
melaluinya. Kemudian Ubay bertanya lagi: “Apa yang akan engkau lakukan saat
itu?”. Umar menjawab: “Saya akan berjalan dengan sangat berhati-hati, agar tak
terkena duri itu”. Lalu Ubayberkata: “Itulah takwa”.
Dari riwayat ini
kita dapat mengambil sebuah pelajaran penting, bahwa takwa adalah kewaspadaan,
rasa takut kepada Allah, kesiapan diri, kehati-hatian agar tidak terkena duri
syahwat dan duri syubhat di tengah perjalanan menuju Allah, menghindari
perbuatan syirik, meninggalkan perbuatan maksiat dan dosa, yang kecil maupun
yang besar. Serta berusaha sekuat tenaga mentaati dan melaksanakan
perintah-perintah Allah dengan hati yang tunduk dan ikhlas.
Hadirin Jama’ah
sholat jumat rahimakuullah
Setiap orang
beriman pasti akan menyadari bahwa ketika ia hidup di dunia ini, ia akan hidup
dalam batas waktu tertentu yang telah ditetapkan oleh penciptanya, Allah SWT.
Usia manusia berbeda satu sama lainnya, begitu juga amal dan bekalnya. Setiap
orang yang berimanpun amat menyadari bahwa mereka tidak mungkin selamanya
tinggal di dunia ini. Mereka memahami bahwa mereka sedang melalui perjalanan
menuju kepada kehidupan yang kekal abadi. Sungguh sangat berbeda dan berlawanan
sekali dengan kehidupan orang-orang yang tidak beriman. Allah berfirman:
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا . وَالْآخِرَةُ
خَيْرٌ وَأَبْقَى
"
Tetapi
kamu (orang-orang kafir) lebih memilih kehidupan duniawi. Sedang
kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS. Al-A’la: 16-17)
Sayangnya,
kesadaran ini seringkali terlupakan oleh diri kita sendiri. Padahal, bukan
tidak mungkin, hari ini, esok, atau lusa, perjalanan itu harus kita lalui,
bahkan dengan sangat tiba-tiba. Jiwa manusia yang selalu digoda oleh setan,
diuji dengan hawa nafsu, kemalasan bahkan lupa, kemudian menjadi lemah semangat
dalam mengumpulkan bekal dan beribadah, membuat kita menyadari sepenuhnya bahwa
kita adalah manusia yang selalu membutuhkan siraman-siraman suci berupa
Al-Quran, mutiara-mutiara sabda Rosulullah, ucapan hikmah para ulama, bahkan
saling menasehati dengan penuh keikhlasan sesama saudara seiman. Sehingga kita
tetap berada pada jalan yang benar, istiqomah melalui sebuah proses perjalanan
menuju Allah SWT.
Contoh Khutbah Pertama
لحمد لله غافر الذنب وقابل التوب شديد العقاب، ذي
الطول لا إله إلا هو إليه المصير. وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له،
شهادة معترف بالذنب والتقصير، سائل العفو والزلفى وحسن المآب يوم المصير. وأشهد أن
محمدًا عبده ورسوله وأمينه على وحيه خير بشير، وأشفق نذير. اللهم صل وسلم على عبدك
ورسولك محمد وعلى آله وأصحابه، نعم الصحب له، ونعم القدوة لمن طلب الفوز والنجاة
في يوم عسير.
أما بعد: فيا أيها المسلمون اتقوا الله تعالى في السر و العلن ، يا
أيها الذين آمنوا اتقو الله حق تقاته و لا تموتن إلا و أنتم مسلمون.
Hadirin
Jamaah sholat Jumat yang dirahmati Allah.
Marilah
pada kesempatan jumat ini, kita kembali berupaya untuk meningkatkan keimanan
dan ketakwaan kita kepada Allah. Takwa yang terlahir dari pemahaman yang benar
dan ketundukan yang ikhlas, sehingga setiap kewajiban yang dilakukan dan setiap
larangan yang ditinggalkan tidaklah dilakukan kecuali semakin menguatkan dan
meningkatkan iman dan takwa kepada Allah serta melahirkan nilai-nilai mulia
dalam kehidupan. Suatu perbutan dan amal kebajikan yang terlahir dari ketakwaan
akan memberikan manfaat yang besar dalam kehidupan.
Hadirin
yang dimuliakan Allah.
Sesungguhnya
setiap detik dari hidup kita, setiap hembusan nafas, setiap pikiran yang yang
tersirat, setiap amal perbuatan yang kita kerjakan, tidak akan pernah
lepas dari upaya setan untuk menggoda, menyesatkan, menyelewengkan dari tujuan
yang benar dan menggiring kepada dosa dan maksiat. Kita mungkin tidak
menyadari dan memang tanpa kita sadari, setan terus berupaya
menenggelamkan, menghanyutkan kita agar semakin jauh dari jalan yang benar,
meninggalkan ketaatan secara perlahan dan halus, tanpa terasa oleh kita. Dan
itulah tugas utama setan dan iblis, sebagai mana ia telah terusir dari surga
dan terjauhkan dari rahmat Allah maka diapun ingin menjauhkan manusia dari dari
rahmat Allah dan kemudian sesat bersamanya. Begitulah ungkapan setan ketika
mendapatkan laknat Allah:
قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ
رَجِيمٌ (77) وَإِنَّ عَلَيْكَ لَعْنَتِي إِلَى يَوْمِ الدِّينِ (78) قَالَ رَبِّ
فَأَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (79) قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ
(80) إِلَى يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ (81) قَالَ فَبِعِزَّتِكَ
لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (82) إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ
(83)
Allah
berfirman: "Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah
makhluk yang terkutuk, Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari
pembalasan." Iblis
berkata: "Ya Tuhanku, berilah penangguhan kepadaku sampai hari mereka
dibangkitkan." Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk yang
diberi penangguhan, sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari
Kiamat)." Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan
mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka. (QS.
Shad: 77-83)
Hadirin
sidang jumat yg berbahagia.
Menyadari
ini semua, bahwa keberadaan kita di dunia ini, tidak akan pernah lepas
sedikitpun dari upaya setan untuk mempengaruhi kita, merayu, melalaikan kita
dengan apapun, bahkan mereka mampu masuk bersama aliran darah kita, dengan
hanya satu tujuan mengumpulkan manusia sebanyak-banyaknya untuk bersama-sama sesat
dan menghuni neraka jahanam. Mengetahui tipu daya setan dan iblis dalam
menyesatkan manusia, serta mengetahui cara menghadapi tipu daya tersebut
menjadi penting untuk kita sama-sama kita ketahui sehingga kita mampu terhindar
dari tipu daya tersebut.
Di
antara pintu-pintu dan metode setan menyesatkan manusia yang perlu kita
waspadai adalah:
Pertama:
Pintu Syubhat dan Syahwat
Syubhat
berarti suatu yang meragukan dan samar-samar, sedangkan syahwat adalah dorongan
hawa nafsu, maka dari sinilah setan akan semakin kuat menggoda, kemudian setan
menghembuskan bisikan dan rayuannya. Setan akan yang terus membujuk sehingga
seakan membuat hati menjadi tenang untuk melakukan hal perbuatan
tersebut. Bahkan setan telah menghembuskan syubhat dan syahwat iniitu sejak
awal permusuhan dengan Nabi Adam, setan telah melakukan langkah-langkah kejinya
untuk menggelincirkan anak keturunan adam agar tidak mentaati perintah Allah.
Mari
kita perhatikan ucapan setan, dengan tipu dayanya di dalam firman Allah
berikut:
فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطَانُ
لِيُبْدِيَ لَهُمَا مِنْ سَوْءَاتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا
عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلاَّ أَنْ تَكُوناَ مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُوناَ
مِنَ الْخَالِدِينَ. وَقَاسَمَهُمَا إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ.
فَدَلاَّهُمَا بِغُرُورٍ.
"Maka
setan menggoda mereka berdua untuk menampakkan kepada keduanya apa yang
tertutup dari mereka, yaitu auratnya, dan setan berkata, "Tuhan kamu tidak
melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi
malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)". Dan dia
(setan) bersumpah kepada keduanya,"Sesungguhnya saya adalah termasuk orang
yang memberi nasihat kepada kamu berdua,' maka setan membujuk keduanya dengan
tipu daya." [Al-A'râf/7:20-22]
Dari
ayat ini dapat dipetik satu pelajaran penting bahwa setan mempermainkan
kecenderungan manusia yang tersembunyi, manusia ingin kekal, diberi umur yang
panjang, manusia juga ingin memiliki kepemilikan harta yang tak terbatas
padahal usia mereka pendek dan terbatas.
Dalam
ayat ini diketahui bahwa tipuan yang digunakan setan adalah: “An takuunaa
malakaini au takuunaa minal khalidin.”
Dalam
penjelasan ayat ini, kata malakaini ada dua bacaan yang dapat dijadikan
pengertian untuk memahamai maksud dari ayat ini. Bacaan pertama adalah: malikaini
yaitu huruf lam dibaca kasroh yang berarti dua orang raja, yakni raja dan ratu,
bacaan ini dikuatkan oleh nash lain dalam surat Thaaha: “Maukah aku tunjukan
kepada kalian berdua, kepada pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan punah”.
(QS. Thaha: 120)
Atas
dasar bacaan ini, maka tipuan setan ini adalah kekuasaan yang abadi dan umur
yang kekal. Keduanya merupakan syahwat atau kecenderungan yang paling kuat
dalam diri manusia, selain syahwat terhadap lawan jenis, yang banyaknya kita
dengar bersama berbagai macam kasus dan skandal terjadi, ini membuktikan bahwa
setan sudah banyak berhasil dalam menyesatkan manusia.
Bacaan
kedua adalah malakaini, huruf lam dibaca fathah yang berarti dua
malaikat, maka manupulasi setan itu adalah dengan melepaskan manusia dari
ikatan-ikatan fisik seperti malaikat yang kekal.
Ketika
Iblis ini mengetahui bahwa Allah melarang Adam dan Hawa memakan buah ini, dan
larangan ini terasa berat dalam jiwa mereka, maka untuk menggoyang hati
mereka, iblis menimbulkan khayalan dan angan-angan kepada mereka, di samping
juga mempermainkan syahwat dan keinginan mereka. Bahkan iblis memperkuat
dengan sumpah bahwa ia adalah pemberi nasehat yang berlaku jujur.
Hadirin
siding sholat jumat yang dimuliakan Allah.
Pintu
setan yang kedua adalah : Al-Hirsh wal Hasad
Menurut
Imam Al-Ghazali, diantara pintu-pintu setan yang sangat besar adalah al-hirsh
atau tamak dan hasad, yaitu kedengkian. Rasa tamak dan sifat hasad ini menjadi
salah satu pintu yang menyebabkan setan bisa masuk ke dalam pikiran dan jiwa
manusia kemudian setan menguasainya. Ketika setan sudah mampu menguasai jiwa,
maka itu pertanda akan membawa pada kebinasaan.
Imam
Abu Dawud dalam Kitab Sunnan-nya menyebutkan sebuah riwayat. Ketika Nabi Nuh
‘Alaihissalam menaiki perahu, dan memasukkan ke dalam perahu itu berbagai
makhluk secara berpasang-pasangan, tiba-tiba beliau melihat seorang tua
yang tidak dikenal. Orang itu tidak memiliki pasangan. Nabi Nuh ‘Alaihissalam
bertanya, “Untuk apa kamu masuk kemari?” Orang itu menjawab, “Aku masuk kemari
untuk mempengaruhi sahabat-sahabatmu supaya hati mereka bersamaku, sementara
tubuh mereka bersamamu.” Orang tua itu adalah setan.
Lalu,
Nabi Nuh ‘Alaihissalam berkata, “Keluarlah kamu dari sini, hai musuh Allah!
Kamu terkutuk!” Iblis itu kemudian berkata kepada Nabi Nuh, “Ada lima hal yang
dengan kelimanya aku membinasakan manusia. Akan kuberitahukan yang tiga, dan
kusembunyikan yang dua.” Allah mewahyukan kepada Nabi Nuh: “Katakan, aku tidak
membutuhkan yang tiga. Aku membutuhkan yang dua.” Lalu Nuh bertanya, “Apa yang
dua itu?” Iblis menjawab, “Dua hal yang membinasakan manusia adalah ketamakkan
dan kedengkian. Karena kedengkian inilah, aku dilaknat sehingga menjadi
terkutuk. Karena dorongan ketamakkan itu pula, Adam dan Hawa tergoda untuk
menuruti keinginannya.”
Ketiga
: Memandang kecil dan meremehkan dosa-dosa kecil.
Dosa-dosa
kecil dampaknya sangat berbahaya bagi manusia, seorang yang menganggap kecil
suatu perbuatan dosa maka dengan demikian setan akan selalu menjadikan orang
tersebut meremehkan dosa-dosa kecilnya, sehingga dia akan terus menerus
melakukannya dan dosa itu akan membinasakannya.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan umatnya
tentang dosa-dosa kecil dengan sabdanya,
tentang dosa-dosa kecil dengan sabdanya,
إِيَّاكُمْ
وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ وَإِنَّ مُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ
مَتَى يُؤْخَذْ بِهَا صَاحِبُهَا تُهْلِكْهُ.
Jauhilah
dosa-dosa dan sesuatu yang dianggap dosa kecil, karena dosa-dosa kecil itu
ketika dilakukan seseorang maka ia akan membinasakannya. (HR. Ahmad, no. 23194)
Hadirin
yang dimuliakan Allah.
Tentu
ketika kita mengetahui pintu-pintu masuknya setan ini, Allah Subhanhu wa Ta'ala
dengan rahmat-Nya memberikan petunjuk kepada para hamba-Nya melalui Al-Quran
dan melalui lisan Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam, untuk menghadapi dan
mengusir setiap bisikan dan godaan setan tersebut. Di antara
hal-hal yang dapat dilakukan agar terhindar dari tipu daya setan dan kawanannya
adalah sebagai berikut:
Pertama:
Menjaga keikhlasan dalam setiap amal ibadah dan perbuatan.
Setiap
ibadah ataupun amal perbuatan yang dilakukan oleh hamba Allah, pasti setan akan
berupaya menyimpangkan amal tersebut agar tidak dilakukan dengan ikhlas, setan
akan berupaya keras agar amal itu tidak bernilai di hadapan Allah, bahkan
perbuatan itu menjadi amalan yang riya dan syirik. Karena ini sudah merupakan
janjinya kepada Allah.
Hamba-hamba
yang ikhlas akan dijaga dan diselamatkan dari gangguan setan. Allah yang
menyatakan pengakuan setan tersebut dalam firman-Nya:
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ
"Iblis
berkata, "Ya Rabb-ku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat,
pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka
bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu
yang ikhlash di antara mereka." [Al-Hijr/15:39-40].
Dalam
ayat yang lain disebutkan:
قَالَ فَبِعِزَّتِكَ
لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ
الْمُخْلَصِينَ
"Iblis
menjawab, "Demi kekuasaan-Mu, aku akan menyesatkan mereka semuanya,
kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka." [Shâd/38:82-83].
Allah
Subhanahu wa Ta'ala telah menjamin bahwa seorang yang mampu menjaga
keikhlasannya dalam beramal setan tidak punya kemampuan dalam menggodanya,
إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ إِلَّا مَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْغَاوِينَ
"Sesungguhnya
hamba-hamba-Ku yang ikhlas tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali
orang-orang yang mengikuti kamu, yaitu orang-orang yang sesat".
[Al-Hijr/15:42].
Kedua : Menjaga Kestabilan kondisi Iman.
Kedua : Menjaga Kestabilan kondisi Iman.
Setan
selalu berupaya untuk menggoda dan melemahkan iman seseorang dengan berbagai
macam carannya, baik itu kelalaian ataupun perbuatan maksiat. Dengan
kemaksiatan, keimanan seseorang akan semakin menurun sehingga dengan mudah
setan akan mencelakakann seorang tersebut sehingga ia melakukan perbuatan dosa.
Sesungguhnya
seluruh kekuatan, kekuasaan, kesempurnaan hanyalah milik Allah. Oleh karena
itu, seorang hamba yang ditolong dan dilindungi Allah dengan menjaga kondisi
imannya dengan amal ibadah yang kontinyu, maka tidak ada satu makhlukpun yang
mampu mencelakakannya. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memberitakan hal ini di
dalam Al-Quran, sebagaimana firmannya:
إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُونَ
"Sesungguhnya
setan itu tidak ada kekuasannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal
kepada Rabb-nya. Sesungguhnya kekuasaannya (setan) hanyalah atas orang-orang
yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya
dengan Allah".[An Nahl : 99, 100].
Ketiga:
Berlindung Kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Untuk
menghadapi setan dan terhindar dari godaannya, kita dianjurkan bahkan
diperintahkan oleh Allah untuk senantiasa berlindung kepadanya. Allah Subhanahu
wa Ta'ala berfirman:
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ
الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
"Dan
jika kamu digoda oleh setan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". [Al-A'râf/7:200].
Dalam Hadist yang diriwayatkan
oleh Imam Bukhori dan Muslim disebutkan:
أن
أبا هريرة رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم « يأتي الشيطان
أحدكم فيقول من خلق كذا وكذا؟ حتى يقول
له من خلق ربك ؟ فإذا بلغ ذلك فليستعذ
بالله ولينته » . وعند أبي داود ( 4722 ) « فإذا قالوا ذلك فقولوا الله أحد الله
الصمد لم يلد ولم يولد ولم يكن له كفوا أحد . ثم ليتفل عن يساره ثلاثا وليستعذ من الشيطان »
Abu Hurairah berkata, Rosulullah bersabda: “Setan datang kepada salah seorang dari kalian lalu berkata, siapakah yang menciptakan ini dan ini? Sehingga setan berkata, “siapakah yang menciptakan Tuhanmu, maka apabila jika telah sampai kepadanya hal tersebut, hendaklah dia berlindung kepada Allah dan hendaklah dia menghentikan (waswas tersebut)".
Sedangkan
dalam riwayat Abu Dawud disebutkan:
"Jika
mereka mengucapkan hal itu (kalimat-kalimat was-was), maka ucapkanlah
"Allah itu Maha Esa, Allah itu tempat bergantung, Dia tiada beranak dan
tiada pula diperanakkan," kemudian meludahlah ke kiri (3x) dan
berlindunglah kepada Allah".
Keempat:
Memperbanyak membaca Al-Quran dan memperkuat dzikrullah.
Al-Quran
dan dzikrullah merupakan benteng yang kokoh yang dapat melindungi diri dari
godaan dan gangguan setan dan membuatnya lari tunggang langgang,
sebagaimana sabda Rosulullah:
أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ إِنَّ
الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِي تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ
الْبَقَرَةِ
"Dari
Abu Hurairah, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, janganlah kamu
menjadikan rumah-rumah kamu sebagai kuburan. Sesungguhnya setan lari dari rumah
yang dibacakan surat Al Baqarah di dalamnya". (HR Muslim, no. 780).
Dalam
sabda yang lain disebutkan:
عَنْ الْحَارِثِ الْأَشْعَرِيِّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ أَمَرَ يَحْيَى بْنَ زَكَرِيَّا
بِخَمْسِ كَلِمَاتٍ أَنْ يَعْمَلَ بِهَا وَيَأْمُرَ بَنِي إِسْرَائِيلَ
أَنْ يَعْمَلُوا بِهَا...وَآمُرُكُمْ أَنْ تَذْكُرُوا اللَّهَ
فَإِنَّ مَثَلَ ذَلِكَ كَمَثَلِ رَجُلٍ خَرَجَ الْعَدُوُّ فِي أَثَرِهِ
سِرَاعًا حَتَّى إِذَا أَتَى عَلَى حِصْنٍ حَصِينٍ فَأَحْرَزَ نَفْسَهُ
مِنْهُمْ كَذَلِكَ الْعَبْدُ لَا يُحْرِزُ نَفْسَهُ مِنَ الشَّيْطَانِ إِلَّا
بِذِكْرِ اللَّهِ.
Dari
Al-Harits Al-Asy’ari, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah memerintahkan Yahya bin Zakaria Alaihissallam dengan lima
kalimat, agar beliau mengamalkannya dan memerintahkan Bani Israil agar mereka
mengamalkannya (di antaranya): Aku perintahkan kamu untuk dzikrullah. Sesungguhnya perumpamaan
itu seperti perumpamaan seorang laki-laki yang dikejar oleh musuhnya dengan
cepat, sehingga apabila dia telah mendatangi benteng yang kokoh, kemudian dia
menyelamatkan dirinya dari mereka (dengan berlindung di dalam benteng
tersebut). Demikianlah seorang hamba tidak akan dapat melindungi dirinya dari
setan, kecuali dengan dzikrullah". (HR Ahmad)
Kelima:
Menyelisihi Setan dari setiap perbuatannya.
Setan
adalah musuh manusia, maka wajib pula untuk menjadikannya sebagai musuh, dan
membenci serta meninggalkan perbuatannya. Sebagaimana firman Allah:
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُوا حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ
"Sesungguhnya
setan itu adalah musuh yang nyata bagimu, maka jadikanlah ia musuh(mu), karena
sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi
penghuni neraka yang menyala-nyala". (Fathir : 5, ).
Diantara
perbuatan setan yang harus diselisihi adalah:
Pertama:
Perbuatan mubadzir atau pemborosan. Allah berfirman:
وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا (26) إِنَّ
الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ
كَفُورًا (27)
“Dan janganlah kamu melakukan perbuatan
mubadzir, sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan
syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”. (QS. Al-Isro :26-27)
Kedua:
Makan dan minum dengan tangan kiri. Rosulullah bersabda:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ
أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ «لاَ يَأْكُلْ أَحَدُكُمْ
بِشِمَالِهِ وَلاَ يَشْرَبْ بِشِمَالِهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ
بِشِمَالِهِ وَيَشْرَبُ بِشِمَالِهِ»
Dari
Abdullah bin Umar, Nabi sallahu ‘alaihi wasallah bersabda: “Janganlah salah
seorang diantara kalian makan dan minum dengan tangan kirinya, sesungguhnya
setan makan dan minum dengan tangan kirinya”. (HR. Tirmidzi)
Ketiga:
Tergesa-gesa dalam pekerjaan. Rosulullah bersabda:
وَعَنْ
سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : « الْعَجَلَةُ مِنْ الشَّيْطَانِ» أَخْرَجَهُ
التِّرْمِذِيُّ ، وَقَالَ : حَسَنٌ .
Dari Sahl bin Said, Rosulullah bersabda: “Tergesa-gesa itu dari
perbuatan setan”. (HR. Tirmidzi)
Hadirin
yang berbahagia.
Demikianlah
khutbah singkat ini, semoga kita mampu membentengi diri kita dalam menghadapi
permusuhan dan tipu daya setan yang selalu menyesatkan langkah kita menuju
keridhoaan dan surga Allah subhanahu wa ta’ala.
بلرك الله لي ولكم في القرآن الكريم و
نفعني و إياكم بما فيه من الأيات و الذكر الحكيم ، أقول قولي هذا و استغفر الله
العظيم لي و لكم فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم.
Contoh Khutbah Tentang Hijrah
لحَمدُ للهِ رَبِّ العَالَمينَ،
سَهَّل لِهجْرةِ رَسولِهِ صلى الله عليه وسلم المَسالِكَ، وجَعلَها
نوراً أَضاءَ الأَمصارَ والمَمالِكَ، أَحمَدُهُ تَعالَى بِما هوَ لهُ أَهلٌ مِنَ
الحَمدِ وأُثنِي عَليهِ، وأُومِنُ بِهِ وأَتَوكَّلُ عَليهِ، مَنْ يَهدِهِ اللهُ
فَلاَ مُضلَّ لَهُ، ومَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَاديَ لَهُ، ونَشهدُ أَنْ لاَ إِلهَ
إِلاَّ اللهُ وَحدَهُ لاَ شَريكَ لَهُ، ونَشهَدُ أَنَّ سيِّدَنا مُحمّداً عَبدُهُ
ورَسولُهُ، خَيْرُ مَنْ هَاجَرَ إِلَى رَبِّهِ وامتَثل، ودَعا إِلَى هَجْرِ
المَعاصِي والآثامِ مَا ظَهَرَ مِنها ومَا بَطَنَ، صلى الله عليه وسلم وعَلَى آلهِ البَررَةِ
الأَطهارِ، وعَلَى كُلِّ مَنِ اهتَدَى بِهَديِهِ مِنَ المؤمِنينَ الأَخيارِ. أَمّا بَعدُ، فَيا عِبادَ اللهِ: اتَّقُوا اللهَ تَعَالى حَقّ تَقْاتِهِ
وَلاَ تمَوُتًنّ إِلّا وَ أَنْتُمْ مُسْلِمًوْنَ.
Kaum
Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang dimuliahkan Allah
Pada
kesempatan khutbah jumat ini, khatib berwasiat, marilah kita terus berupaya
seoptimal mungkin untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt. Selalu
berupaya sebaik mungkin beribadah, menjalankan kewajiban yang telah Allah
perintahkan kepada kita, serta meninggalkan larangan-larangan-Nya, semoga
itulah ang menjadi bekal utama kita kelak ketika menghadap Allah.
Kaum
muslimin jamaah sholat jumat yang berbahagia
Sejarah
adalah bagian dari kehidupan bangsa-bangsa, dan cahaya yang memandu
manusia dalam perjalanan mereka pada masa sekarang dan masa yang akan datang.
Membaca peristiwa masa lalu ialah mengungkap faktor-faktor keberhasilan,
kemajuan sebuah negeri ataupun kemundurannya. Penemuan tradisi-tradisi sejarah
dan hukum-hukum, peristiwa yang terjadi di dalamnya membuat manusia menyadari
jalan yang dilaluinya dan tujuannya pada hari esok yang telah menanti. Maka
begitulah ayat-ayat Al-Quran menceritakan sejarah-sejarah nabi-nabi dan
umat-umat terdahulu secara panjang dan berulang-ulang. Dijelaskan cerita
mereka, posisi mereka, keimanan dan kekufuran mereka, kehebatan mereka,
kemenangan, kesombongan bahkan kemunduran dan kehancuran mereka secara gamblang
oleh Al-Quran. Semua kisah sejarah itu bukanlah tanpa tujuan. Allah menjelaskan
dalam firman-Nya:
لَقَدْ كَانَ
فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لأُولِي الأَلْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثاً يُفْتَرَى
وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدىً وَرَحْمَةً
لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat
pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita
yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan
menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
beriman”. (QS. Yusuf: 111)
فَاقْصُصِ
الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
“Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar
mereka berfikir.” ( QS. Al-A’rof:176)
Hadirin
Jamaah Sholat Jumat yang dimuliakan Allah
Ketika
kita melalui kembali tahun baru hijrah, marilah kita berhenti sejenak
untuk merenungi dan mengambil pelajaran dari perjalanan hijrah dalam realitas
kehidupan kita saat ini. Hijrah bukanlah suatu peristiwa biasa, tetapi memiliki
dampak yang mendalam bagi perjalanan sejarah. Hijrah juga mempunyai arti besar,
dan pelajaran mendalam bagi sejarah islam. Peristiwa Hijrah yang datang dan
diperingati pada setiap tahun, adalah bukan sekedar seremonial belaka, namun
lebih dari itu, datangnya tahun baru hijrah ini untuk memperbaharui kembali
komitmen keislaman kita dan selanjutnya memperbaharui hidup kita. Maka dengan
demikian menjadi baiklah kehidupan ini dari hari kemarin, bertambah juga
semangat untuk melakukan kebaikan demi kebaikan pada tahun ini.
Allah
berfirman:
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِمَنْ
أَرَادَ أَنْ يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا
“Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih
berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin
bersyukur”. (Al-Furqon: 62)
Peristiwa
sejarah yang penting dalam sejarah islam kembali datang pada tahun ini yaitu
peristiwa Perjalanan Hijrah Rosulullah saw dari bersama dengan sehabat beliau
Abu Bakar Ash-Shidiq ra. Yang sebelumnya telah didahului oleh para sahabat yang
melakukan hijrah meninggalkan kota Mekah menujuh kota Madinah Al-Munawwaroh.
Perjuangan
dakwah Rosulullah dalam mengajarkan Tauhid, untuk mengenal Allah swt. kemudian
menyembah-Nya dengan penuh kecintaan dan ketaatan atas dasar Iman, berbuah
penolakan, pembangkangan, bahkan ancaman pembunuhan bagi para sahabat dan diri
beliau, sehingga mengharuskan kaum mukminin dan beliau untuk melakukan hijrah.
Hadirin sidang sholat jumat yang berbahagia
Ummul Mukminin Aisyah ra. meriwayatkan: “Saat
permusuhan dan penyiksaan terhadap kaum muslimin bertambah berat. Mereka datang
dan mengadu kepada Rasulullah saw. meminta izin berhijrah. Pengaduan itu
dijawab oleh Rasulullah saw. dengan sabdanya “Sesungguhnya aku pun telah
diberi tahu bahwa tempat hijrah kalian adalah Yatsrib. Barangsiapa yg ingin
keluar hijrah maka hendaklah ia keluar menuju Yatsrib.”
Para sahabat kemudian berhijrah dengan
sembunyi-sembunyi menuju kota Madinah, kecuali Umar bin al-Khattab ra yang
berhijrah dengan terang-terangan. Umar keluar dari rumahnya, lalu naik ke atas
bukit sambil berseru lantang: “Barangsiapa ingin ibunya kehilangan anaknya,
atau istrinya menjadi janda, atau anaknya menjadi yatim piatu, maka silahkan
menghadangku di balik lembah ini.” Maka tak ada satu kaum musyrik Makkah
yang berani keluar menghadang beliau. Rosulullah dan Abu bakar kemudian
menyusul ke Madinah setelah semua kaum muslimin berangkat berhijrah dengan
penuh perjuangan dan perencanaan yang tepat.
Hadirin yang berbahagia
Mengapa peristiwa ini begitu penting untuk
kembali kita kaji dan peringati? Sesungguhnya setiap peristiwa sejarah yang
dilalui dan dialami Rosulullah mempunyai pelajaran bagi umat islam yang
mencintainya.
لَقَدْ كَانَ
لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ
وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً
“Sesungguhnya telah
ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.” (QS. Al-Ahazab:21)
Di
antara beberapa pelajaran dari peristiwa hijrah adalah:
Pertama,
Hijrah mengajarkan kaum muslimin untuk mempertahankan tauhid dan keimanan
mereka dengan mengorbankan apa yang mereka miliki.
Pelajaran
yang paling berharga dari kisah Hijrah Rasulullah saw dan para sahabatnya
adalah betapa mereka sangat kuat dalam mempertahankan keimanan mereka. Apapun
mereka lakukan asalkan keimanan bisa dijaga. Di dalam kisah hijrah kita
mendapati banyak contoh bahwa para sahabat rela mengorbankan apa saja demi
mempertahankan keimanan mereka.
Orang-orang
musyrik Makkah melarang mereka untuk membawa harta benda mereka, dengan
mengatakan: “Silahkan anda pergi meninggalkan Mekah, namun jangan pernah
membawa hartamu”.
Tentu
para sahabat ra, memahami keutamaan menjadi orang beriman dan
mempertahankan keimanan mereka. Mereka faham bahwa dengan berbekal keimanan,
maka Allah swt akan bersama mereka. Oleh karenanya, untuk kebahagiaan itu
mereka rela meninggalkan harta benda yang mereka miliki demi berangkat hijrah
dengan bekal seadanya, dan menebus dengan apa saja yang mereka miliki.
Allah berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ
اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللَّهِ وَأُولَئِكَ
هُمُ الْفَائِزُونَ
“orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di
jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya
di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (QS. Attaubah:
20)
Dalam ayat yang lain Allah berfirman:
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ
اللَّهِ وَالَّذِينَ آوَوْا وَنَصَرُوا أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا
لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ (74) وَالَّذِينَ آمَنُوا مِنْ بَعْدُ
وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا مَعَكُمْ فَأُولَئِكَ مِنْكُمْ وَأُولُو الأرْحَامِ
بَعْضُهُمْ أَوْلَى بِبَعْضٍ فِي كِتَابِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ
عَلِيمٌ (75)
Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad
pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi
pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang
benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia.
Dan orang-orang yang beriman sesudah itu kemudian berhijrah serta berjihad
bersamamu maka orang-orang itu termasuk golonganmu (juga). Orang-orang yang
mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya
(daripada yang bukan kerabat) di dalam kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Anfal: 74-75)
Di
dalam kisah hijrah, kita mendapatkan bahwa Abubakar ra mengorbankan semua
hartanya, bahkan mengerahkan semua potensi yang dimilikinya,bahkan keluarga dan
anak-anaknya ikut serta dalam membantunya untuk menyukseskan hijrah tersebut.
Tentu hal ini tidak bisa dinilai, melainkan dengan kacamata Iman.
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah
Peristiwa
itu mengajarkan kepada kita kaum muslimin bahwa iman adalah lebih mahal dan
berharga dari apapun. Suatu yang mahal ini harus selalu dijaga dan ditingkatkan
kualitas ketaqwaannya, karena inilah yang dapat dibawa untuk menghadap Allah
kelak.
Jika
peristiwa hijrah ini, kita tangkap sebagai sebuah pelajaran lain, yakni
pelajaran dalam membangun sebuah masyarakat dan negara, maka perjuangan itu
harus selalu ditempuh dan dibarengi dengan pengorbanan yang berat. Maka
perjuangan seperti itulah yang kemudian dapat melahirkan keberhasilan. Bangsa
Indonesia, kini sedang berjuang, ingin menjadi bangsa yang maju, adil dan
sejahtera setelah lebih dari 60 tahun merdeka. Perjuangan itu, sejak lama
dilakukan. Fase pertama, merebut kemerdekaan dari penjajah. Perjuangan itu
telah berhasil, dan pada tahun 1945 Indonesia merdeka. Kemerdekaan itu diraih
atas perjuangan yang sangat keras, dengan mengorbankan apa saja, bahkan banyak
para pahlawan telah mengorbankan nyawa mereka.
Selanjutnya
perjuangan dilanjutkan pada fase kedua, yakni dalam mengisi kemerdekaan,
sekalipun sudah melewati waktu yang panjang, bahkan lebih dari 60 tahun, masih
belum terlalu tampak kemakmuran dan rasa keadilan yang merata dan memuaskan
bagi seluruh rakyat. Keadilan belum dapat dimiliki oleh rakyat kecil. Hukum
masih menjadi milik orang-orang yang dapat membelinya.
Hadirin
yang berbahagia
Pelajaran
kedua, Hijrah membangun masyarakat yang penuh peradaban.
Ketika
Rasulullah saw tiba di Madinah, pertama kali yang dilakukannya adalah membangun
masjid. Masjid dijadikan sebagai pusat kegiatan pembinaan dan pengembangan
sumberdaya manusia. Sehingga melahirkan manusia-manusia yang luar biasa,
berakhlaq mulia, manusia berilmu dan dekat dengan penciptanya.
Tidak
cukup sampai di situ, setelah membangun masjid, Rasulullah saw kemudian
mempersaudarakan antara kaum Anshar dengan kaum Muhajirin Sehingga tebangun
ukhuwwah Islamiyah, melahirkan komunitas yang solid dan persaudaraan yang kokoh
dalam bimbingan Rasulullah. Rosulullah juga membangun pasar untuk kaum
muslimin, karena saat itu pasar di madinah masih dikuasai oleh orang-orang
yahudi yang dapat menentukan harga sesuai dengan keinginan mereka. Maka dibawah
pemerintahan Rosulullah masyarakat madinah dapat hidup makmur saat itu.
Hadirin yang berbahagia
Kemakmuran suatu negeri adalah dapat terwujud
jika penduduk suatu negeri tersebut beriman dan melaksanakan perintah Allah
dengan sebenar-benarnya. Maka sebaliknya, jika suatu negeri banyak terdapat
kesyirikan, orang-orang masih percaya dengan barang keramat, perdukunan,
ramalan dan apapun sejenisnya, belum lagi perjudian selalu menjadi bahan
pencarian, perzinahan meraja lela, maka bagaimana mungkin rahmat Allah akan
turun. Bahkan sebaliknya musibah demi musibah akan tetap melanda negeri itu.
Allah berfirman:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ
الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا
لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ
وَالأرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Jikalau sekiranya
penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan
kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat
Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al-A’rof: 96)
Jamaah sholat jumat
yang dimuliakan Allah
Pelajaran ketiga, Perjalanan hijrah Rasulullah
dari Makkah ke Madinah merupakan momentum awal untuk kemenangan Islam dari
masyarakat Jahiliyah. Melalui proses hijrah Nabi Muhammad melakukan konsolidasi
untuk membangun masyarakat Islam, yang berkeadilan. Islam hadir untuk
memberikan rasa keadilan pada manusia.
Maka jika masyarakat menginginkan keadilan
sesungguhnya, maka satu-satu solusi adalah menerapkan konsep keadilan islam.
Namun yang terjadi jika disebutkan syariat islam, hukum islam masyarakat sudah
menjadi takut dan apriori, yang menganggap hukum islam hanyalah potong tangan.
Maka sangat wajar jika para koruptor tetap melakukukan aksinya mengeruk
uang rakyat dan merugikan negara.
Maka syariah hijrah sama persis dengan
syariah-syariah Allah lainnya, yaitu tetap berlaku sepanjang zaman. Selama
masih ada denyut kehidupan manusia, selama itu pula syariat hijrah harus ada.
Hal ini mengandung makna bahwa untuk memperbaiki kualitas hidup manusia, yaitu
muslim yang hakiki. Karena tuntutan hijrah adalah transformasi nilai dan
reformasi segala aspek kehidupan dan penghidupan manusia ke arah yang lebih
baik dan berkualitas.
الذِينَ آمَنُوا
وهاجَرُوا وجاهَدوا فى سَبيلِ اللـهِ بأمْوالِهِم وأنفُسِـهِم أعْظَمُ درجةً عِند
اللـهِ، وأولئـِك هُم الفائِزون يُبَشِّـرُهم ربُّهم برحمةٍ مِنه ورِضوانٍ وجنّاتٍ
لَهم فيها نعيمٌ مقيمٌ خالدين فيها أبدا، إِنّ اللـهَ عندَه أجرٌ عظيمٌ
Orang-orang
yang beriman, berhijrah dan berjuang di jalan Allah dengan harta benda dan diri
mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang
yang mendapat kemenangan. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan
rahmat daripada-Nya, keridlaan dan surga, mereka memperoleh di dalamnya
kesenangan yang kekal; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya di
sisi Allah-lah pahala yang besar.
Semoga
mengawali tahun 1433 H ini, kita dapat merancang hari-hari kita ke depan lebih
baik lagi. Tak pernah khawatir mengorbankan apa yang kita miliki untuk Allah,
membela agamanya dan meledani generasi awal dalam perjuangan mereka bersama
Rosulullah saw. Menjalankan syariat Allah dengan penuh ketaatan. Amiin ya
rabbal alamin.
أقولُ قولِى هـذا وأستَـغـْفـِر اللـهَ العظيم لى ولكم ولسـائر المؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات فاستغـفِـرُوه، إنـّه هـو الغـفُـور الرحيم
Khutbah kedua
الْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ، وَالعَاقِبَةُ
لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِمِيْنَ، وَنَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَلِيُّ الصَّالِحِيْنَ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا
وَنَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ إِمَامُ الأَنبِيَاءِ
وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَأَفْضَلُ خَلْقِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ، صَلَوَاتُ اللهِ
وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ . أَمَّا بَعْدُ، فَيَا
عِبَادَ اللهِ : فَاتَّقُوا اللهَ تَعَالى حَقّ تَقْوَاهُ في السِّرِّ وَ
العِلَنِ.
هَذَا وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا عَلَى إِمَامِ الْمُرْسَلِيْنَ،
وَقَائِدِ الْغُرِّ الْمُحَجَّلِيْنَ، فَقَدْ أَمَرَكُمُ اللهُ تَعَالَى
بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَيْهِ فِي مُحْكَمِ كِتَابِهِ حَيْثُ قَالَ عَزَّ
قَائِلاً عَلِيْماً: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى
النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا.
اللَّهُمَّ صَلِّ وسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ وسَلّمْتَ عَلَى سَيِّدِنا
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنا إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنا إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ، وَعَنْ
أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِيْنَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ
أَجْمَعِيْنَ، وَعَنْ المُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ،
وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعاً مَرْحُوْماً، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقاً مَعْصُوْماً، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْماً.اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَاناً صَادِقاً ذَاكِراً، وَقَلْباً خَاشِعاً مُنِيْباً، وَعَمَلاً صَالِحاً زَاكِياً، وَعِلْماً نَافِعاً رَافِعاً، وَإِيْمَاناً رَاسِخاً ثَابِتاً، وَيَقِيْناً صَادِقاً خَالِصاً، وَرِزْقاً حَلاَلاً طَيِّباً وَاسِعاً، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ . اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظِّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ. اللَّهُمَّ رَبَّنَا احْفَظْ أَوْطَانَنَا وَأَعِزَّ سُلْطَانَنَا وَأَيِّدْهُ بِالْحَقِّ وَأَيِّدْ بِهِ الْحَقَّ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ. اللَّهُمَّ رَبَّنَا اسْقِنَا مِنْ فَيْضِكَ الْمِدْرَارِ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ لَكَ في اللَيْلِ وَالنَّهَارِ، الْمُسْتَغْفِرِيْنَ لَكَ بِالْعَشِيِّ وَالأَسْحَارِ. اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوْعِنَا وكُلِّ أَرزَاقِنَا يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ. رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ. عِبَادَ اللهِ: إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْن.
اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعاً مَرْحُوْماً، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقاً مَعْصُوْماً، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْماً.اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَاناً صَادِقاً ذَاكِراً، وَقَلْباً خَاشِعاً مُنِيْباً، وَعَمَلاً صَالِحاً زَاكِياً، وَعِلْماً نَافِعاً رَافِعاً، وَإِيْمَاناً رَاسِخاً ثَابِتاً، وَيَقِيْناً صَادِقاً خَالِصاً، وَرِزْقاً حَلاَلاً طَيِّباً وَاسِعاً، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ . اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظِّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ. اللَّهُمَّ رَبَّنَا احْفَظْ أَوْطَانَنَا وَأَعِزَّ سُلْطَانَنَا وَأَيِّدْهُ بِالْحَقِّ وَأَيِّدْ بِهِ الْحَقَّ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ. اللَّهُمَّ رَبَّنَا اسْقِنَا مِنْ فَيْضِكَ الْمِدْرَارِ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ لَكَ في اللَيْلِ وَالنَّهَارِ، الْمُسْتَغْفِرِيْنَ لَكَ بِالْعَشِيِّ وَالأَسْحَارِ. اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوْعِنَا وكُلِّ أَرزَاقِنَا يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ. رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ. عِبَادَ اللهِ: إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْن.
Suap
(Risywah) Dalam Perspektif Islam
اَلْحَمْدُ للهِ الذِي أَسْبَغَ عَلَى
عِبَادِهِ نِعَمَهُ وَعَطَايَاهُ، وَهَداهُمْ إِلَى الحَقِّ بِمَواعِظِهِ
وَوَصَايَاهُ، قَالَ تَعَالَى : وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ
مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ
بِمَا هُوَ لَهُ أَهْـلٌ مِنَ الحَمْـدِ وَأُثْنِي عَلَيْهِ، وَأَومِنُ بِهِ
وَأَتَوكَّلُ عَلَيْهِ، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْـلِلْ
فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيكَ لَهُ، أَرْسَلَ رُسُلَهُ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ، وَهُدَاةً
مُصلِحِينَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ
وَرَسُولُهُ، خَيْرُ مَنْ أَوصَى وَوَجَّهَ، وَأَرْشَدَ ونَبَّهَ، أَرْسَلَهُ
رَبُّهُ بَشِيرًا وَنَذِيرًا، وَدَاعِيًا إِلَى اللهِ بإِذْنِهِ وَسِرَاجًا
مُنِيرًا، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحابِهِ أَجْمَعِينَ، وَالتَّابِعِينَ لَهُمْ بإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ. أما بعد: فَيَا أَيُّهَا
المُسْلِمُونَ اِتّقُوا اللهَ تَعَالَى فِي السّرِّ وَ اْلعِلَنِ ، يَا أَيّهَا
الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُّو اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَ لَا تَمُوْتُنّ إِلّا وَ
أَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Hadirin
sidang sholat jumat yang dimuliakan Allah
Alhamdulillah,
limpahan nikmat yang Allah karuniakan kepada kita tak henti-hentinya kita
rasakan, nikmat iman, nikmat sehat, nikmat keamanan, nikmat persaudaraan,
nikmat kecukupan dan nikmat usia yang sampai hari ini Allah masih menghimpun
kita bersama untuk melkasanakan ibadah sholat jumat, untuk itu marilah kita
senantiasa memacu diri untuk menjaga kondisi keimanan kita, meningkatkan
keimanan dan ketakwaan kepada Allah dengan penuh kesungguhan, terlebih di
tengah kehidupan dan kondisi bangsa dan negara kita yang mengalami tantangan
yang berat, yang membutuhkan pribadi-pribadi yang kokoh dan mampu bertahan
dengan beratnya ujian akan sebuah kejujuran, sifat amanah dan bertanggung jawab
terhadap pencipta-Nya dan masyarakat. Semoga Allah meneguhkan hati kita dalam
keimanan, menjaga diri dan keluarga kita dari kerusakan dan bencana. Amiin
ya rabbal 'alamiin.
Sholawat
dan salam marilah kita sampaikan kepada baginda Rosulullah tercinta, Allahumma
sholli wa sallim wa baarik 'ala Muhammadin wa 'ala ali Muhammad kamaa
shollaita wa sallamta wa baarakta 'alaa Ibrahim wa 'alaa aali Ibrahim fil
'aalamina innaka hamidun majiid. Semoga syafaat beliau dapat kita raih di
akhirat kelak, amiin ya rabbal alamin.
Hadirin
yang jamaah sholat jumat yang dirahmati Allah
Kita
tentunya banyak dan sering mengikuti perkembangan bangsa kita Indonesia, baik
dari media cetak maupun elektonik, berita-berita di televisi, radio dan
internet yang tak pernah sepi dari membahas permasalahan-permasalahan bangsa
yang tak kunjung selesai sampai saat ini, permasalahan berupa kasus korupsi,
suap, menyalahgunakan wewenang menjadi topik hangat yang sering didiskusikan,
dibahas dan diberitakan; larinya tahanan dan para koruptor keluar dari penjara
dengan menikmati hiburan bahkan jalan-jalan keluar negeri dengan menyuap
pejabat yang berwenang tampaknya suatu hal yang biasa dan ringan. Apakah suap
atau risywah dalam istilah Islam adalah suatu hal yang kecil ataukah
sebaliknya, yaitu termasuk dosa besar dan pelakunya mendapatkan siksa yang
berat di akhirat kelak?.
Hadirin
yang dimuliakan Allah
Dalam
kesempatan jumat kali ini, khatib akan membahas tema penting, untuk kembali
menyegarkan pemahaman kita tentang risywah atau suap di dalam Islam.
Kata Risywah menurut bahasa dalam kamus Al-Mishbahul Munir dan Kitab
Al-Muhalla ibnu Hazm yaitu: "pemberian yang diberikan seseorang
kepada hakim atau lainnya untuk memenangkan perkaranya dengan cara yang tidak
dibenarkan atau untuk mendapatkan sesuatu yang sesuai dengan kehendaknya."
Atau pengertian risywah menurut Kitab Lisanul 'Arab dan Mu'jamul
Washith yaitu: "pemberian yang diberikan kepada seseorang agar
mendapatkan kepentingan tertentu". Maka berdasarkan definisi tersebut,
suatu yang dinamakan risywah adalah jika mengandung unsur pemberian atau
athiyah, ada niat untuk menarik simpati orang lain atau istimalah,
serta bertujuan untuk membatalkan yang benar (Ibtholul haq),
merealisasikan kebathilan (ihqoqul bathil), mencari keberpihakan yang
tidak dibenarkan (almahsubiyah bighoiri haq) , mendapat kepentingan yang
bukan menjadi haknya (al hushul 'alal manafi') dan memenangkan
perkaranya atau al hukmu lahu.
Hadirin
sidang sholat jumat yang berbahagia
Bagaimanakah
hukum risywah dalam Islam? Beberapa nash di dalam Al-Quran dan Sabda
Rosulullah mengisyaratkan bahkan menegaskan bahwa Risywah suatu yang
diharamkan di dalam syariat, bahkan termasuk dosa besar, Allah Swt berfirman:
وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ
بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ
أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
"Dan
janganlah kamu memakan harta sebagian dari kamu dengan jalan yang batil, dan
janganlah kamu membawa urusan harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan
sebagian daripada harta benda orang lain dengan (jalan berbuat) dosa, padahal
kamu mengetahui. (QS. Al-Baqoroh: 188)
Kemudian
firman Allah:
سَمَّاعُونَ لِلْكَذِبِ أَكَّالُونَ لِلسُّحْتِ
"Mereka
itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan
yang haram" (QS. Al-Maidah; 42)
Iman
Al-Hasan dan Said bin Jubair mengomentari ayat ini dengan mengatakan bahwa
ma'na "akkaluuna lisshuht" yaitu risywah, karena risywah
identik dengan memakan harta yang diharamkan Allah.
Di dalam hadits disebutkan:
عن
عبد الله بن عمر رضي الله عنهما قال : لعن رسول الله صلى الله عليه و سلم الراشي و المرتشي
هذا
حديث صحيح الإسناد
Dari Abdullah bin Umar ra berkata,
"Rosulullah melaknat bagi penyuap dan yang menerima suap." (HR. Al-Khamsah dishohihkan oleh at-Tirmidzi)
وعن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال : "كل لحم نبت بالسحت فالنار أولى به " قالوا : يا رسول الله ؛ وما السحت ؟
قال : "الرشوة في الحكم" . قال عمر بن الخطاب رضي الله عنه : رشوة
الحاكم من السحت وعن ابن مسعود أيضا أنه قال : السحت أن يقضي الرجل لأخيه حاجة
فيهدي إليه هدية فيقبلها.
"Setiap
daging yang tumbuh dari barang yang haram (ashuht), nerakalah yang paling layak
untuknya. Sahabat bertanya: "Wahai Rosulullah, apa barang haram yang di
maksud itu?". Rosulullah bersabda: "Suap dalam perkara hukum." (Tafsir Al-Quthubi, tafsir surat Al-Maidah ayat: 42)
Umar
bin Khatthab berkata: menyuap hakim adalah dari perkara shuht. Ibnu Mas'ud
berkata: "Perbuatan Shuht adalah seseorang menyelesaikan hajat
saudaranya maka orang tersebut memberikan hadiah kepadanya lalu dia menerimanya."
Hadirin
sidang sholat jumat yang dimuliakan Allah
Dari
uraian ayat-ayat dan hadits di atas, jelaslah bahwa suap merupakan perkara yang
diharamkan oleh Islam, baik memberi ataupun menerimanya sama-sama diharamkan di
dalam syariat. Namun ada pengecualian yang menurut mayoritas ulama
memperbolehkan penyuapan yang dilakukan oleh sesorang untuk mendapatkan haknya,
karena dia dalam kondisi yang benar dan mencegah kezholiman terhadap orang
lain, dalam hal ini dosanya tetap ditanggung oleh yang menerima suap. (Hal
ini dapat dilihat lebih mendalam dalam kitab Kasyful Qina' 6/304) Nihayatul
Muhtaj 8/ 243, AlQurthubi 6/183, Al-Muhalla 8/118, Matholib ulin Nuha, dalam
bab-bab yang membahas tentang suap dan memakan harta haram).
Dalam
permasalahan ini Imam Abu Hanifah membagi pengertian risywah ini ke
dalam 4 hal:
Pertama, memberikan sesuatu untuk mendapatkan pangkat dan kedudukan
ataupun jabatan, maka hukumnya adalah haram bagi pemberi maupun penerima.
Kedua, memberikan sesuatu kepada hakim agar bisa memenagkan perkaranya,
hukumnya adalah haram bagi penyuap dan yang disuap, walaupun keputusan tersebut
adalah benar, karena hal itu adalah sudah menjadi tugas seorang hakim dan
kewajibannya.
Ketiga, memberikan sesuatu agar mendapat perlakuan yang sama di
hadapan penguasa dengan tujuan mencegah kemudharatan dan meraih kemaslahatan,
hukumnya haram bagi yang dsuap saja. Al-Hasan mengomentari sabda Nabi yang
berbunyi, Rasulullah melaknat orang yang menyuap dan disuap" dengan
berkata, "jika ditujukan untuk membenarkan yang salah dan menyelahkan
yang benar. Adapun jika seseorang memberikan hartanya selama untuk melindungi
kehormatannya maka hal itu tidak apa-apa".
Keempat, memberikan sesuatu kepada seseorang yang tidak bertugas di
pengadilan atau instansi tertentu agar bisa menolongnya dalam mendapatkan
haknya di pengadilan atau pada instansi tersebut, maka hukumnya halal bagi
keduanya, baik pemberi dan penerima, karena hal tersebut sebagai upah atas
tenaga dan potensi yang dikeluarkan nya. Tapi Ibnu Mas'ud dan Masyruq lebih
cenderung bahwa pemberian tersebut termasuk juga suap yang dilarang, karena
orang tersebut memang harus membantunya agar tidak terzholimi, sebagaimana
firman Allah:
وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ أَنْ
صَدُّوكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَنْ تَعْتَدُوا وَتَعَاوَنُوا عَلَى
الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
"Dan
janganlah sekali-kali karena kebencianmu kepada suatu kaum karena mereka
menghalang-halangi kamu dari Masjidil Haram, mendorong kamu berbuat aniaya
(kepada mereka). Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan
ketakwaan, dan janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha berat siksanya." (dari kitab Mau'shuah Fiqhiyah dan Tafsir ayat ahkam
Lil Jashosh)
Kaum muslimin yang dirahmati Allah
Maka
bila dilihat dari sisi esensi risywah yaitu pemberian (athiyyah),
maka ada beberapa istilah dalam Islam yang memiliki keserupaan dengannya, di
antara hal tersebut adalah:
Pertama:
Hadiah, yaitu pemberian yang diberikan
kepada seseorang sebagai penghargaan atau ala sabilil ikram. Perbedaannya
dengan risywah adalah, jika risywah diberikan dengan tujuan untuk
mendapatkan apa yang diinginkan, sedangkan hadiah diberikan dengan tulus
sebagai penghargaan dan rasa kasih sayang.
Kedua:
Hibah, yaitu pemberian yang diberikan
kepada seseorang dengan tanpa mengharapkan imbalan dan tujuan tertentu.
Perbedaannya dengan risywah adalah bahwa Ar-Raasyi yaitu pemberi
suap memberikan sesuatu karena ada tujuan dan kepentingan tertentu, sedangkan Al-Waahib
atau pemberi hibah memberikan sesuatu tanpa tujuan dan kepentingan tertentu.
Ketiga:
Shadaqoh, yaitu pemberian yang diberikan
kepada seseorang karena mengharapkan keridhoaan dan pahala dari Allah Swt.
Seperti halnya zakat ataupun infaq. Perbedaannya dengan risywah adalah
bahwa seseorang yang bersedekah ia memberikan sesuatu hanya karena mengharapkan
pahala dan keridhoaan Allah semata tanpa unsur keduniawian yang dia harapkan
dari pemberian tersebut.
Lalu
bagaimanakan jika pemberian hadiah atau hibah tersebut diberikan oleh seseorang
kepada pejabat pemerintah atau penguasa, ataupun hakim, maka dalam hal ini Imam
Bukhori meriwayatkan hadits dari Abu Humaid As-saidi dalam hadits yang masyhur
dengan istilah Hadits Ibnul Utbiyah sebagai berikut:
حدثنا عبد الله بن محمد قال حدثنا
سفيان عن الزهري عن عروة بن الزبير عن أبي حميد الساعدي رضي الله تعالى عنه قال
استعمل النبي رجلا من الأزد يقال له ابن الأتبية على الصدقة فلما قدم قال هذا لكم
وهذا أهدي لي قال فهلا جلس في بيت أبيه أو بيت أمه فينظر أيهدي له أم لا والذي
نفسي بيده لا يأخذ أحد منه شيئا إلا جاء به يوم القيامة يحمله على رقبته إن كان
بعيرا له رغاء أو بقرة لها خوار أو شاة تيعر ثم رفع بيده حتى رأينا عفرة إبطيه
أللهم هل بلغت أللهم هل بلغت ثلاثا
Dari
Abi Humaid As Sa'idi ra berkta Nabi saw mengangkat seseorang dari suku Azdy
bernama Ibnu Al-Utbiyyah untuk mengurusi zakat, tatkala ia datang kepada
Rosulullah, ia berkata: Ini untuk anda dan ini dihadiahkan untuk saya.
Rosulullah bersabda, " Kenapa ia tidak duduk saja di rumah ayahnya aatau
ibunya, lantas melihat apakah ia akan diberi hadiah atau tidak. Demi Zat yang
jiwaku berada ditangan-Nya tidaklah seseorang mengambilnya darinya sesuatupun
kecuali ia datang pada hari kiamat dengan memikulnya di lehernya, kalau unta
atau sapi atau kambing semua akan bersuara dengan suaranya, kemudian Rosulullah
mengangkat tangannya sampai kelihatan ketiaknya lantas bersabda, Ya Allah
tidaklah kecuali telah aku sampaikan, sungguh telah aku sampaikan, sungguh
telah aku sampaikan. (HR. Bukhori)
Hadirin
sidang sholat jumat yang berbahagia
Risywah hukumnya tetap haram walaupun menggunakan istilah hadiah,
hibah atau tanda terima kasih dan lain-lain, sebagaimana hadits di atas. Oleh
karena itu, setiap perolehan apa saja di luar gaji dan dana resmi dan legal
yang terkait dengan jabatan atau pekerjaan merupakan harta ghulul
atau korupsi yang hukumnya tidak halal meskipun itu atas nama 'hadiah' dan
tanda 'terima kasih' akan tetapi dalam konteks dan perspektif syariat
Islam bukan merupakan hadiah tetapi dikategorikan sebagai 'risywah' atau
syibhu risywah yaitu semi suap, atau juga risywah masturoh yaitu
suap terselubung dan sebagainya.
Para
ulama berpendapat, bahwa segala sesuatu yang dihasilkan dengan cara yang tidak
halal seperti risywah maka harus dikembalikan kepada pemiliknya jika
pemiliknya diketahui, atau kepada ahli warisnya jika pemiliknya sudah meninggal,
jika pemiliknya tidak diketahui maka harus dikembalikan kepada baitul maal,
atau dikembalikan kepada negara jika itu dari uang negara dalam hal ini adalah
uang rakyat, atau digunakan untuk kepentingan umum. Sebagaimana yang dikatakan
oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah terkait dengan orang yang bertaubat setelah
mengambil harta orang lain secara tidak benar, sebagaiamna ungkapannya:
"jika pemiliknya diketahui maka diserahkan kepada pemiliknya, jika tidak
diketahui maka diserahkan untuk kepentingan umat islam."
Seorang
muslim yang baik dan sholih harus berusaha untuk menjauhkan diri dari harta
yang haram, tidak menerima dan tidak memakannya. Jika terpaksa dan telah
menerimanya serta tidak dapat mengelak darinya maka hendaklah harta tersebut
tidak dipergunakan untuk keperluan pribadi dan keluarganya khususnya terkait
dengan kebutuhan makanan. Namun hendaklah harta tersebut dipergunakan untuk
keperluan sosial dan kepentingan sarana umum, seperti jalan raya, jembatan dll.
Rosulullah
bersabda:
عن
أبي هريرة قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : يا أيها الناس إن الله عز و
جل طيب لا يقبل إلا طيبا و إن الله عز و جل أمر المؤمنين بما به المرسلين فقال :
يا أيها الرسل كلوا من الطيبات ، و قال : يا أيها الذين آمنوا كلوا من طيبات ما
رزقناكم ، ثم ذكر الرجل يطيل السفر أشعث أغبر يمد يده إلى السماء يا رب ! يا رب !
و مطعمه حرام و
مشربه حرام و ملبسه حرام و غذي بالحرام فأنى يستجاب له (
أخرجه مسلم)
"Wahai manusia, sesungguhnya Allah
azza wajalla adalah Dzat yang Baik dan tidak menerima kecuali sesuatu yang
baik, dan Allah memerintahkan kaum muslimin sebagaimana memerintakan kepada
para nabi, "Wahai Rosul-rosul makanlah dari yang baik-baik" dan
firman-Nya, "Wahai orang-orang yang beriman makanlah dari yang baik-baik
yang kami rezekikan kepadamu." Kemudian Rosulullah menyebutkan bahwa
sesorang yang melakukan perjalanan panjang, rambutnya kusut, dan berdebu
menengadakan keduabelah tangannya ke langit sambil berdoa; wahai Rabb, wahai
Tuhan, sedangkan makanannnya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan
diberi makan dari yang haram, maka bagaimana mungkin dikabulkan doanya. (HR.
Muslim)
Semoga
Allah melindungi kita dan menjaga keluarga kita dari perbuatan dan harta-harta
yang diharamkan oleh-Nya. Amiin, amiin ya rabbal 'alamiin.
بلرك الله لي ولكم في القرآن الكريم و
نفعني و إياكم بما فيه من الأيات و الذكر الحكيم ، أقول قولي هذا و استغفر الله
العظيم لي و لكم فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم.
assalamu alaikum,
BalasHapusperkenalkan saya hendra, dg ini menawarkan pengurusan ticket pswt tuk umrah, visa umrah dan LA Saudi..
dan harga bersaing...syukron
wassalamu alaikum
hendra 081361793063 / pin 7D7FD3AC