ILMU HADIS
Definisi
Ulumul Hadis
Definisi عِلْمُ الْحَدِيْثِ هُوَ مَعْرِفَةُ الْقَوَاعِدَ الَّتِيْ يَتَوَصَّلُ بِهَا إِلَى مَعْرِفَةِ الرَّاوِي وَالْمَرْوِي
Ilmu
Hadis adalah pengetahuan mengenai kaidah-kaidah yang menghantar-kan kepada
pengetahuan tentang rawi (periwayat) dan marwi (materi yang diriwayatkan)
Ada pendapat lain yang menyatakan هُوَ عِلْمٌ بِقَوَانِيْنَ يُعْرَفُ بِهَا أَحْوَالُ السَّنَدِ وَالْمَتْنِ
Ilmu
Hadis adalah ilmu tentang kaidah-kaidah untuk mengetahui kondisi sanad dan
matan
Penjelasan Definisi Sanad adalah rangkaian rijal (para pembawa riwayat) yang menghantarkan kepada matan. Matan adalah perkataan yang terletak di penghujung sanad (substansi hadits). Contoh-contoh Al-Bukhari meriwayatkan hadis berikut, di dalam kitabnya yang ber-nama ash-Shahih, Bab Kayfa kana bad’ al-wahyi ila Rasulillah saw, j. 1, h. 5 حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الزُّبَيْرِ، قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ الْأَنْصَارِيُّ، قَالَ: أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيُّ أَنَّهُ سَمِعَ عَلْقَمَةَ بْنَ وَقَّاصٍ اللَّيْثِيَّ يَقُولُ سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِي اللَّه عَنْهم عَلَى الْمِنْبَرِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَ إِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْه
Telah
menceritakan kepada kami al-Humaidi, Abdullah bin az-Zubair, ia berkata;
Telah menceritakan kepada kami Sufyan, ia berkata; Telah menceritakan kepada
kami Yahya bin Sa’id al-Anshari, ia berkata; Telah memberitahukan kepadaku
Muhammad bin Ibrahim at-Taimi bahwasannya ia mendengar ‘Alqamah bin Waqqash
al-Laitsi berkata; Aku mendengar Umar bin Khaththab ra berkata di atas
mimbar; Rasulullah saw bersabda; Sesungguhnya semua perbuatan itu disertai
dengan niat, dan sesungguhnya setiap orang akan dibalas sesuai dengan
niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya (diniatkan) kepada dunia yang akan
diperolehnya, atau perempuan yang akan dinikahinya, maka hijrahnya (dibalas)
kepada apa yang ia niatkan
|
Yang
dinamakan Sanad pada hadis di atas adalah
حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الزُّبَيْر،ِ قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ الْأَنْصَارِيُّ، قَالَ: أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيُّ أَنَّهُ سَمِعَ عَلْقَمَةَ بْنَ وَقَّاصٍ اللَّيْثِيَّ يَقُولُ: سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِي اللَّه عَنْهم عَلَى الْمِنْبَرِ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُول
Sedangkan
matan pada hadis di atas adalah;
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْه
Tujuan
mempelajari ilmu hadis adalah untuk membedakan antara hadis sahih dan dla’if.
|
Definisi Hadis, Khabar Dan Atsar
Definisi
الْحَدِيْثُ مَا جَاءَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، سَوَاءً كَانَ قَوْلاً أَوْ فِعْلاً أَوْ تَقْرِيْرًا أَوْ صِفَة
Hadis
adalah segala sesuatu yang datang dari Nabi saw, baik yang berupa perkataan,
perbuatan, persetujuan, ataupun sifat
الْخَبَرُ مَا جَاءَ عَنْهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَ عَنْ غَيْرِهِ مِنْ أَصْحَابِهِ أَوِ التَّابِعِيْنَ أَوْ تَابِعِ التَّابِعِيْنَ أَوْ مَنْ دُوْنَهُم
Khabar
adalah segala sesuatu yang datang dari Nabi saw ataupun yang lainnya, yaitu
shahabat beliau, tabi’in, tabi’ tabi’in, atau generasi setelahnya
الأَثَرُ مَا جَاءَ عَنْ غَيْرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ الصَّحَابَةِ أَوِ التَّابِعِيْنَ أَوْ تَابِعِ التَّابِعِيْنَ أَوْ مَنْ دُوْنَهُم
Atsar
adalah segala yang datang selain dari Nabi saw, yaitu dari shahabat, tabi’in,
atau generasi setelah mereka
Contah-contoh
Contoh hadis qouly
(perkataan)
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّات
Sesungguhnya setiap amal itu
dengan niat
Contoh
hadis fi’ly (perbuatan) adalah hadis dari Aisyah ra.
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَنَامَ وَهُوَ جُنُبٌ غَسَلَ فَرْجَهُ وَتَوَضَّأَ لِلصَّلاَة
Nabi
saw apabila akan tidur, sedangkan beliau dalam keadaan junub maka beliau
berwudlu seperti wudlu untuk shalat
|
Contoh hadis taqriry
(persetujuan) adalah hadis dari Ibnu Abbas ra,
أَنَّ خَالَتَهُ أَهْدَتْ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَمْناً وَأَضْبًا وَأَقْطاً فَأَكَلَ مِنَ السَّمْنِ وَ مِنَ الْأَقْطِ وَتَرَكَ الْأَضْبَ تَقَذُّرًا وَأُكِلَ عَلَى مَائِدَتِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَلَوْ كَانَ حَرَاماً مَا أُكِلَ عَلَى مَائِدَةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم
Bahwa
bibinya memberi hadiah kepada Rasulullah saw berupa mentega, daging biawak
dan keju, lalu beliau memakan mentega dan keju dengan meninggalkan daging
biawak karena merasa jijik, tetapi daging itu dimakan di meja makan rasulullah
saw, seandainya haram maka tak akan dimakan di meja Rasulullah saw
Contoh hadis sifat, yaitu hadis yang memuat sifat pribadi nabi saw, adalah hadis dari Anas ra; كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَبْعَةً لَيْسَ بِالطَّوِيْلِ وَلاَ بِالْقَصِيْرِ حَسَنُ الْجِسْمِ وَكَانَ شَعْرُهُ لَيْسَ بِجَعْدٍ وَلاَ سَبْطٍ أَسْمَرُ اللَّوْنِ إِذَا مَشَى يَتَكَفَّأ
Rasulullah
itu tingginya sedang, tidak tinggi dan tidak pendek, tubuhnya bagus,
rambutnya tidak keriting dan tidak lurus, warnanya coklat, apabila berjalan
rambutnya bergoyang.
Hadis
Sahih
Definisi
Hadis Shahih
هُوَ الْمُسْنَدُ، الْمُتَّصِلُ إِسْنَادُهُ،
بِنَقْلِ الْعَدْلِ الضَّابِطِ، عَنِ الْعَدْلِ
الضَّابِطِ إِلَى مُنْتَهَاهُ، مِنْ غَيْرِ
شُذُوْذٍ وَلاَ عِلَّة
Hadis sahih adalah hadis yang musnad,
bersambung sanadnya, dengan penukilan
seorang yang adil dan dlabith dari orang
yang adil dan dlabith sampai akhir sanad,
tanpa ada keganjilan dan cacat.
Untuk memudahkan memahami definisi tersebut,
dapat dikatakan, bahwa hadis sahih adalah
hadis yang mengandung syarat-syarat berikut;
Penjelasan Definisi
Musnad, maksudnya hadis tersebut dinisbahkan
kepada nabi saw dengan disertai sanad.
Tentang definisi sanad telah disebutkan di
depan.
Sanadnya bersambung, bahwa setiap (periwayat)
dalam sanad mendengar hadis itu secara
langsung dari gurunya
Para rawi-nya adil dan dhabith, yaitu setiap
periwayat di dalam sanad itu memiliki sifat
adil dan dhabith. Apa yang dimaksud dengan
adil dan dhabith?
Adil adalah sifat yang membawa seseorang
untuk memegang teguh taqwa dan kehormatan
diri, serta menjauhi perbuatan buruk,
seperti syirik, kefasikan dan bid’ah.
Dlabith (akurasi), adalah kemampuan seorang rawi untuk menghafal hadis dari
gurunya, sehingga apabila ia mengajarkan hadis dari
gurunya itu, ia akan menga-jarkannya dalam bentuk
sebagaimana yang telah dia dengar dari gurunya
Dlabith ini ada dua macam, yaitu;
Tidak ada syadz. Syadz secara bahasa berarti yang
tersendiri, secara istilah berarti hadis yang
diriwayatkan oleh seorang periwayat bertentangan
dengan hadis dari periwayat lain yang lebih kuat
darinya. Tentang hadis syadz secara terperinci, akan
dibahas pada bagian tersendiri, Insya Allah.
Tidak ada illah, Di dalam hadis tidak terdapat cacat
tersembunyi yang merusak kesahihan hadis. Tentang
hadis mu’allal (cacat) juga akan dibahas dalam
bagian tersendiri .
Contoh Hadis Sahih
Hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari di dalam
kitab Shahih-nya j.4 h.18, kitab al- jihad wa as-siyar,
bab ma ya’udzu min al-jubni;
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، حَدَّثَنَا مُعْتَمِرٌ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبِي قَالَ:سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ رَضِي اللَّه عَنْهم، قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ، وَالْكَسَلِ، وَالْجُبْنِ، وَالْهَرَمِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
Telah menceritakan kepada kami Musaddad, telah
menceritakan kepada kami Mu’tamir, ia berkata; Aku
mendengar ayahku berkata; Aku mendengar Anas bin
Malik ra berkata, Rasulullah saw berdo’a ; Ya Allah,
aku memohon kepada-Mu perlindungan dari kelemahan,
kemalasan, sifat pengecut dan dari kepikunan, dan
aku memohon kepada-Mu perlindungan dari fitnah (ujian)
di masa hidup dan mati, dan memohon kepada-Mu
perlindungan dari adzab di neraka
Hadis tersebut di atas telah memenuhi persyaratan sebagai hadis sahih, karena.
Dengan demikian jelaslah bahwa hadis tersebut telah
memenuhi syarat-syarat hadis sahih, Karena itulah
Imam Bukhari menampilkan hadis ini di dalam kitabnya
ash-Shahih.
|
Yang
Pertama Kali Membukukan Hadis Nabi
Yang pertama kali menaruh perhatian untuk
membukukan hadis nabi adalah Muhammad bin
Muslim bin Ubaidillah bin Syihab az-Zuhri
al-Madani (rahimahullah).
Shalih bin Kaisan berkata, “Aku berkumpul
dengan az-Zuhri ketika menuntut ilmu, lalu
aku katakan, ‘Mari kita menuliskan
sunnah-sunnah, lalu kami menulis khabar (berita)
yang datang dari Nabi saw. Kemudian az-Zuhri
mengatakan, ‘Mari kita tulis yang datang
dari shahabat, karena ia termasuk sunnah
juga’. Aku katakan, ‘Itu bukan sunnah,
sehinga tidak perlu kita tulis’. Meski
demikian az-Zuhri tetap menuliskan berita
dari shahabat sedangkan aku tidak, akhirnya
dia berhasil sedangkan aku gagal” .
Ketika Khalifah Umar bin Abdul Aziz ra
merasa khawatir akan merosot dan hilangnya
ilmu karena meninggalnya para ulama’ maka ia
mengutus kepada Abu Bakar bin Muhammad bin
Amr bin Hazm, dan memerintahkan-nya untuk
membukukan hadis Rasulullah saw seraya
berkata; “Lihatlah, apa yang terjadi pada
hadis Rasulullah saw atau sunnah, atau hadis
dari ‘Amrah , maka tulislah karena aku
khawatirkan merosotnya ilmu dan hilangnya
ulama’
Ibnu Hazm menjawab, “Pergilah kepada Ibnu
Syihab, niscaya Engkau tidak akan menjumpai
seorang pun yang lebih mengetahui sunnah
dari pada dia”
Peristiwa tersebut terjadi di penghujung
abad pertama Hijriyah. Kemudian setelah
az-Zuhri, di pertengahan abad kedua Hijriyah
lahirlah tokoh-tokoh yang membukukan hadis
nabi. ke dalam bab-bab tertentu seperti Ibnu
Juraij, Hasyim, Imam Malik, Ma’mar, Ibnu al-Mubarak
dan lain-lain.
Dan setelah itu pengumpulan dan kodifikasi
hadis berlanjut dengan metode penulisan yang
bermacam-macam, seperti musnad, mushannaf,
shahih, jami’ dan mustakhraj. Imam as-Suyuthi,
dalam hal ini mengatakan di dalam kitabnya
Alfiyah,
Orang pertama yang mengumpulkan hadis dan
atsar adalah Ibnu Syihab
atas perintah ‘Umar
Dan yang pertama-tama mengumpulkan hadis berbab-bab,
adalah sekelompok ulama’ di masa yang tak jauh (setelahnya)
Seperti Ibnu Juraij, Hasyim, Malik,
Ma’mar, dan anak (Ibnu) al-Mubarak
atas perintah ‘Umar
Dan yang pertama-tama mengumpulkan hadis berbab-bab,
adalah sekelompok ulama’ di masa yang tak jauh (setelahnya)
Seperti Ibnu Juraij, Hasyim, Malik,
Ma’mar, dan anak (Ibnu) al-Mubarak
Yang
Pertama Kali Membukukan Hadis Sahih
Kemudian setelah generasi
mereka muncul imam huffadz dan amirul
mukminin fil hadis, Abu Abdillah Muhammad
bin Isma’il bin Ibrahim bin Mughirah bin
Bardizbah al-Bukhari, beliau mengumpulkan
hadis-hadis sahih dalam satu kitab hadis
yang diseleksi dari 100 ribu hadis sahih
yang beliau hafalkan. Disebutkan di dalam
suatu riwayat bahwa beliau berkata, “Aku
hafal 100 ribu hadis sahih, dan 200 ribu
hadis yang tidak sahih”
Adapun gagasan yang membangkitkannya untuk
menulis kitab Jami’ ash-Shahih, sebagaimana
disebutkan oleh Ibrahim bin Ma’qal, bahwa ia
mendengar al-Bukhari berkata, “Aku di sisi
Ishaq bin Rahawiyah, lalu sebagian
kawan-kawanku berkata, andaikata Engkau
mengumpulkan sebuah kitab ringkas tentang
sunnah-sunnah nabi saw, lalu terbetiklah di
dalam hatiku keinginan untuk menuliskannya,
lalu aku mengambil keputusan untuk
mengumpulkan hadis shahih di dalam kitab ini”
Kemudian muridnya, dan pengikut metode
beliau al-Imam, huffadz al-Mujawwad, Abu al-Hasan
Muslim bin al-Hujjaj bin Muslim bin Ward bin
Kausyan al-Qusyairy an-Naisabury (rahimahullah)
mengikuti jejak langkah al-Bukhari. Dia
menuliskan kitab ash-Shahih dalam tempo 15
tahun.
Para ulama’ mendapatkan kedua kitab tersebut
dengan sikap menerima, dan bersepakat bahwa
keduanya adalah kitab paling shahih setelah
al-Qur’an al-Karim. Imam Nawawi berkata,
“Para ulama’ sepakat bahwa kitab paling
sahih setelah al-Qur’an al-Aziz adalah kitab
Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, dan
ummat menerima keduanya”
Hanya saja sebagian ulama’, seperti ad-Daruquthni,
Abu Ali al-Ghaisany al-Jiyani, Abu Mas’ud
ad-Dimasyqi, dan Ibnu Ammar asy-Syahid
mengkritik beberapa buah hadis di dalam
kedua kitab tersebut, .
Tetapi kritikan itupun telah dijawab oleh
sejumlah ulama’ seperti an-Nawawy di dalam
Syarh Shahih Muslim, Ibnu Hajar di dalam
kitab Hadyu as-Sari dan Fathu al-Bari. Dan
di antara tokoh yang zaman kini adalah
asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhaly,
beliau telah menulis sebuah kitab yang bagus
yang berjudul, Baina al-Imamain Muslim wa
ad-Daruquthny. Kitab tersebut berisi
pembelaan terhadap Shahih Muslim dari para
pengritiknya.
Sekilas
Tentang Kitab-kitab Sunan
Para pelajar hendaklah
mendalami kitab-kitab sunan seperti Kutub
as-Sittah, al-Muwaththa’ karya Imam Malik,
dan Musnad karya Imam Ahmad.
Yang dimaksud dengan Kutub as-Sittah; adalah
ash-Shahihain, Sunan Abu Dawud, Jami’ at-Tirmidzi,
Sunan an-Nasa’i dan Sunan Ibnu Majah.
Yang dimaksud dengan kitab Sunan adalah
kitab yang ditulis dengan mengikuti urutan
bab fiqh, seperti Iman, Thaharah, salat,
zakat, dan seterusnya, dan kebanyakan berisi
hadis marfu’, sedikit dan jarang sekali
memuat khabar mauquf.
* * *
SUNAN
ABU DAWUD
Penyusunnya adalah Abu Dawud Sulaiman bin
al-Asy’ats bin Ishaq al-Azdi as-Sijistani.
Beliau mengkhususkan kitabnya dengan
hadis-hadis hukum, di dalamnya tidak
terdapat kitab zuhud dan fadha-ilul a’mal.
Di dalam surat beliau kepada penduduk Makkah,
dalam mengomentari kitabnya sendiri (h.34),
beliau berkata, “Dan tidaklah aku menyusun
di dalam kitab as-Sunan ini melainkan
hadis-hadis hukum, tidak aku masukkan kitab
zuhud, fadha-ilul a’mal dll”
Kitab beliau yang bernama as-Sunan adalah
salah satu kitab yang sangat dibutuhkan,
hanya saja beliau tidak mempersyaratkan
derajat sahih untuk hadis yang tercantum di
dalamnya. Sehingga di dalamnya berisi hadis
sahih, hasan, shalih, dla’if, dan munkar.
Beliau juga tidak mempersyaratkan
disebutkannya semua hadis tentang suatu bab,
tetapi hanya dipilihkan yang bermanfaat saja,
dan kadang-kadang beliau menyebutkan satu
hadis dari jalan yang berbeda-beda karena
ada ziyadah, baik dalam matan maupun sanad.
Dan kadang-kadang pula dibicarakan pada
sebagian hadis tentang i’lalnya, menyebutkan
ikhtilaf (perbedaan) perawinya.
Beliau telah membicarakan kitab Sunannya
secara terperinci di dalam surat yang beliau
tulis untuk penduduk Makkah. Ini adalah
surat yang sangat bermanfaat, semoga Allah
swt. Memberikan rahmat kepada beliau dengan
rahmat yang luas.
Komentar
Posting Komentar