Langsung ke konten utama

SILABUS ILMU HADIS TAHUN 2013


Silabus Ilmu Hadis Tahun 2013

Kuliah Pertama


SATUAN ACARA PERKULIAHAN


Mata Kuliah              :   ILMU HADIS
Smt/Jurusan              :   SM I/MD-PMI-BPI FD IAIN
Bobot                         :   2 SKS
Dosen Pengampu      :   H.M.IQBAL, LC, MA 

Tujuan Pembelajaran:


1.   Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian Hadis dan kegunaannya dalam studi Islam

2.   Mahasiswa mampu menguraikan sejarah perkembangan Hadis sejak masa Nabi hingga periode pembukuan Hadis

3.   Mahasiswa mampu menganalisis kualitas Hadis yang dapat dijadikan sebagai sumber ajaran Islam

4.   Mahasiswa mampu menelusuri Hadis melalui Kitab-kitab Hadis. 


Materi Perkuliahan :

1.   Deskripsi Matakuliah, kontrak kuliah, tata tertib dan penugasan

2.   Pengertian Istilah-Istilah (al-Quran, Hadis dan Hadis Qudsi, Sunnah, Khabar dan Atsar)

3.   Unsur-Unsur Hadis (Sanad, Matan, Periwayat, Mukhaarrij dan Shighat al-Isnad)

4.   Hadis dan Hubungannya dengan Al-Qur’an

5.   Sejarah Perkembangan Hadis

6.   Ulumul Hadis dan Cabang-cabangnya

7.   Klasifikasi Hadis dari berbagai Aspek

8.   Hadis Maudhu’ dan Permasalahannya

9.   Biografi Para Penulis Hadis dan Kitab-kitabnya

10.      Takhrij Hadis (Teori)

11.      Takhrij al-Hadis (Praktik di Perpustakaan)

12.      Takhrij al-Hadis secara Digital

13.      Takhrij al-Hadis (Praktik di Lab Komputer)


Strategi Pembelajaran :

1.   Ceramah dan Diskusi

2.   Tugas

3.   Praktek


Penilaian  :

1.   Kehadiran                                            :   10 %

2.   Tugas-tugas (mandiri-kelompok)         :   25 %

3.   Ujian Tengah Semester (UTS)             :   25 %

4.   Ujian Akhir Semester (UAS)               :   40 %

                                      J u m l a h     :  100 %


Referensi

1.   Muhammad Ajjaj al-khatib, Ushul al-Hadist, Ulumuh wamusthalahuh

2.   Subhi al-shalih, Ulum al-Hadist wa Musthalahuh

3.   T.M. Hasbi al-Shiddiqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadist

4.   Subhi al-Shalih, Mabahits fi Ulum al-hadist.

5.   Syuhudi Ismail, Hadits Pengantar Ilmu Hadis

6.   ------------------, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis

7.   Rajab, Kaidah Kesahihan Matan Hadis

8.   Hj. Rustina N, Ulumul Hadis

9.   Muh. Zuhri, Hadis Nabi Telaah Historis Metodologis

10.   Mahmud Tahhan, Ulumul Hadis (Taisir Musthalah Hadis),


Kuliah Kedua


Pengertian Istilah-istilah


A. Al-Quran, Hadis dan Hadis Qudsi


1.               Al-Quran

Al-Quran adalah kalam (wahyu/khitab) Allah, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., melalui perantaraan malaikat Jibril, diterima secara mutawatir dan membacanya merupakan ibadah.


2.               Hadis :

Hadis adalah segala yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw, baik berupa perkataan (qauly), perbuatan (fi’ly), persetujuan (taqriry) dan lain sebagainya


3.               Hadis Qudsi    :

Pengertian:
Hadis Qudsi adalah sesuatu yang diberitakan Allah kepada Nabi Muhammad saw. Melalui ilham atau mimpi lalu Nabi kemudian membahasakannya dengan bahasanya sendiri.


B. Persamaan dan Perbedaan antara hadis Qudsi dengan hadis Nabawi:


Ø      Persamaan: redaksinya sama-sama berasa dari Nabi sendiri.

Ø      Perbedaan:

1.    Dari segi sandaran: Sandaran hadis qudsi adalah Allah, sedangkan sandaran hadis nabawi adalah Nabi.

2.    Penisbahan: hadis qudsi maknanya dari Allah redaksinya dari Nabi, hadis nabawi makna dan redaksinya berasal dari nabi.


C. Persamaan dan Perbedaan hadis Qudsi dengan Al-Qur’an:


Ø      Persamaan: sama-sama bersumber dari Allah.

Ø      Perbedaan: 

1.      Al-Qur’an mukjizat sedangkan hadis qudsi bukan mukjizat.

2.     Al-Qur’an redaksinya dari Allah sedangkan hadis qudsi redaksinya dari Nabi.

3.     Al-Qur’an menjadi bacaan shalat sedangkan hadis qudsi tidak.

4.     Membaca Al-Quran adalah ibadah (mendapat pahala jika membacanya), membaca Hadis Nabi tidak berpahala.


D. Perbedaan antara Hadis dengan Hadis Qudsi dan dengan Al-Quran



Sumber Ide

Sumber Lafal

Hadis

Nabi

Nabi

Hadis Qudsi

Allah

Nabi

Al-Quran

Allah

Allah


 

E. Hadis, Sunnah, Khabar dan Atsar


Ø Hadis adalah: segala yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw, baik berupa perkataan (qauly), perbuatan (fi’ly), persetujuan (taqriry) dan lain sebagainya.

Ø Sunnah

Ø Khabar adalah sesuatu yang datang dari sahabat Nabi

Atsar adalah sesuatu yang berasal dari Tabi’in.
Kuliah Ketiga


Unsur-unsur hadis


A.    Pengertian  :


1. Sanad :  mata  rantai  periwayatan  yang  menghubungkan  antara penulis      hadis dengan generasi  di atasnya hingga sampai kepada Nabi

2. Matan :  redaksi atau bunyi dari sebuah hadis

3. Periwayat : para periwayat hadis yang terdapat dalam rangkaian sanad

4. Mukharrij : Periwayat Hadis yang membukukan dan menjadi kolektor hadis.

5. Shigaht al-Isnad  : lafal  yang  digunakan periwayat   ketika   menerima    dan/atau menyampaikan  hadis.


B. Contoh        :


حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ الْأَنْصَارِيُّ قَالَ أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيُّ أَنَّهُ سَمِعَ عَلْقَمَةَ بْنَ وَقَّاصٍ اللَّيْثِيَّ يَقُولُ سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَلَى الْمِنْبَرِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ  (رواه البخاري)


Artinya:

(al-Bukhariy berkata) telah berbicara kepada kami al-Humaidiy, ia berkata: telah berbicara kepada kami Yahya bin Said al-Anshariy, ia berkata telah memberitahukan kepada saya  Muhammad bin Ibrahim al-Taymiybahwa ia telah mendengar Alqamah bin Waqqash al-Laitsiy berkata: saya telah mendengar Umar bin Khattab r.a. berkata di atas mimbar: saya telah mendengar Rasulullah saw. bersabda: sesungguhnya perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan yang diperoleh oleh setiap orag adalah berdasarkan apa yang diniatkannya. Maka barang siapa yang berhijrah untuk keepentingan dunia yang ingin ia peroleh, atau karena perempuan yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya sesuai dengan yang diniatkannya itu. (HR. Al-Bukhariy)


C. Istilah dalam Periwayatan Hadis

Istilah periwayatan yang sering digunakan oleh dalam periwayatan diantaranya:


Ø Muttafaqun ’alaih : artinya hadis tersebut diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dengan redaksi matan yang sama.

Ø Akhrajahu/rawahu al-syaikhani, artinya hadis tersebut diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dengan redaksi yang berbeda.

Ø Akhrajahu/rawahu al-tsalatsah, artinya hadis tersebut diriwayatkan oleh Abu Daud, Tirmidzi, dan an-Nasa’i.

Ø Akhrajahu/rawahu al-arba’ah, berarti hadis tersebut diriwayatkan oleh Abu Daud, Tirmidzi, An-Nasai dan Ibn Majah.

Ø Akhrajahu/rawahu al-hamsah, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Tirmidzi, An-Nasai, Ibn Majah dan Imam Ahmad.

Ø Akhrajahu/rawahu al-Sittah, berarti hadis tersebut diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, An-Nasai dan Ibn Majah.

Ø Akhrajahu/rawahu al-Sab’ah, berarti hadis tersebut diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, An-Nasai, Ibn Majah, dan Imam Ahmad.

Ø Akhrajahu/rawahu al-Jama’ah, artinya hadis tersebut diriwayatkan oleh banyak ulama Hadis.


Kuliah Keempat


Hadis dan Hubungannya dengan Al-Qur’an


A. Dalil Kehujjahan Hadis

1.   Dari Al-Quran

a.       QS. Ali Imran : 31

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Katakanlah jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosamu, Allah maha pengampun lagi maha penyayang.


b.      QS. Al.-Ahzab : 21

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Sesungguhnya pada diri Rasul itu bagi kamu teladan yang baik, yaitu bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.


c.       QS. Al-Hasyr : 7

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا

Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka ambillah dan apa yang dilarang nya bagimu maka tinggalkanlah


d.      QS. Al-Nisa : 59

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الأمْرِ مِنْكُمْ

Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan ulil amri diantara kamu


2.   dari Hadis Nabi saw.

تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ  لَنْ تَضِلُّ مَا مَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّتِيْ

telah aku tinggalkan kepada kalian dua perkara, kalian tidak akan sesat selama berpegang teguh kepada keduanya, Kitab Allah dan Sunnahku


B. Kedudukan Hadis terhadap Al-Qur’an:

1.   Bayan Tafsir: yaitu menjelaskan apa yang terkandung dalam al-Qur’an. Penjelasan tersebut berupa:

Ø    Merinci yang mujmal, seperti contoh dalam pelaksanaan shalat. Al-Qur’an hanya menjelaskan tentang hukum wajibnya shalat, sedangkan hadis merinci bagaimana tata cara atau pelaksanaannya.

Ø    Membatasi yang mutlak, seperti dalam ayat tentang pencurian.Al-Qur’an memberi hukuman potong tangan bagi pencuri, sedangkan hadis memberi batasan tentang jumlah barang yang dicuri yang dapat mengaibatkan diberlakukannya hukum potong tangan.

Ø  Mentakhsis yang ‘Amm, seperti ayat tentang warisan. Hadis metakhsis pembunuh pewaris tidak mendapat warisan.

2.   Bayan Taqrir, yaitu menguatkan apa yang terdapat dalam al-Qur’an. Contohnya tentang wudhu’. Al-Qur’an menjelaskan tentang wajibnya wudhu bagi orang yang mau shalat, sedangkan hadis menjelaskan hal yang sama.

3.   Bayan Tasyri’, yaitu menetapkan berlakunya hukum baru.

      Contohnya: penetapan hukum rajam bagi pezina muhsan.



Kuliah Kelima


Sejarah Perkembangan Hadis



A. Pada Masa Rasul


1.    Nabi menyampaikan hadis melalui media: majlis ‘ilmi, melalui sahabat tertentu, ceramah pada tempat terbuka (spt pada waktu haji wada’), perbuatan langsung, dan sebagainya.

2.   Sahabat yang banyak menerima hadis antara lain: (1) as-Sabiqunal awwalun yaitu: Abu Bakar, Usman, Ali, dan Abdullah Ibn Mas’ud (2) Ummahatul Mukminin atau istri-istri Rasul seperti ‘Aisyah dan Ummu Salamah (3) Sahabat dekat yang menulis hadis yaitu Abdullah Amr bin al’Ash (4) Sahabat yang selalu memanfaatkan waktu bersama Nabi seperti Abu Hurairah (5) Sahabat yang aktif dalam majlis ilmi dan bertanya kepada sahabat yang lain seperti Abdullah bin Umar, Anas bin Malik, dan Abdullah bin Abbas.

3.   Hadis lebih banyak dihafal karena Rasul melarang menulis hadis agar tidak bercampur dengan al-Qur’an. Namun terdapat beberapa sahabat yang menulis hadis dan disimpan sendiri seperti: Abdullah bin Amr bin ‘Ash (as-sahifah as-sadiqah), Jabir bin Abdullah (sahifah Jabir), Anas bin Malik, Abu Hurairah ad-Dausi (sahifah as-sahihah), Abu Bakar, Ali, Abdullah bin Abbas dan lain-lain.


B. Hadis Masa Sahabat


1.   Disebut juga dengan masa pembatasan dan pengetatan riwayat karena perhatian difokuskan pada penyebaran al-Qur’an.

2. Sahabat sangat hati-hati dalam menerima dan meriwayatkan hadis. Setiap hadis yang diriwayatkan harus didatangkan seorang saksi.

3.Terjadi perbedaan pendapat tentang pemaknaan larangan menulis hadis pada masa Rasul.


C. Hadis Masa Tabi’in


1.   Dikenal dengan masa penyebaran riwayat. Al-Qur’an sudah tertulis dalam mushaf sehingga perhatian terhadap hadis lebih besar.

2.   Terbentuk pusat-pusat pembinaan hadis seperti Madinah, Makkah, Kufah, Basrah, Syam, dan Mesir, Maghrib dan Andalus, Yaman, dan Khurasan. 

3.    Terjadi perpecahan politik yang mengakibatkan munculnya hadis maudhu’ (hadis palsu).


D. Masa Kodifikasi Hadis


1.   Disebut juga dengan masa pencatatan hadis atau pembukuan hadis. Masa ini terjadi pada awal abad kedua hijrah.

2.   Dimulai dengan adanya instruksi dari khalifah Umar bin Abdul Aziz kepada Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm (gubernur Madinah) dan para ulama Madinah (Muhamad bin Syihab az-Zuhri) untuk mengumpulkan hadis dari para penghafalnya. 

3.   Alasan pengumpulan hadis (1) khawatir hilangnya hadis dengan meninggalnya para ulama (2) khawatir tercampurnya hadis sahih dengan yang palsu.

4.   Kitab hadis yang berhasil ditulis dan masih ada adalah al-Muwatta’ karya Malik bin Anas.



E. Masa Seleksi dan Penyempurnaan Penyusunan Kitab Hadis.


1.   Terjadi pada akhir abad kedua atau awal abah ketiga hijrah (masa pemerintahan al-Makmun dari bani Abbasiyah)

2.   Diadakan penyaringan terhadap hadis pada masa sebelumnya, dan dikelompokkan menjadi hadis marfu’, mauquf, dan maqtu’. Disamping itu juga diseleksi mana yang sahih dan mana yang dha’if. Ulama menetapkan kaidah-kaidah kesahihan hadis.

3.   Kitab hadis yang disusun dengan penyaringan ini dikenal dengan kutub al-sittah atau kitab induk yang enam, yaitu: (1) al-Jami’ as-Sahih karangan Bukhari (2) al-Jami’ as-Sahih karangan Muslim (3) As-Sunan karangan Abu Daud (4) As-Sunan karangan at-Turmuzi (5) As-Sunan karangan an-Nasai dan (6) As-Sunan karangan Ibn Majah.

4.   Masa selanjutnya ulama menyusun kitab hadis dengan sistematika jawami’ (mengumpulkan kitab-kitab hadis menjadi satu), kitab syarah (komentar), kitab mukhtasar (ringkasan), kitab athraf (menyusun pangkal suatu hadis sebagai petunjuk kepada materi hadis), mentakhrij (mengkaji sanadnya).

5.   Muhammad bin Abdullah al-Jauzaqi dan Ibn al-Furrat mengumpulkan isi kitab Bukhari Muslim, Abdul Haq ibn Abdurrahman al Asybili, al-Fairuz Zabdi, dan Ibn Atsir al-Jazari mengumpulkan kitab hadis yang enam. 

6.   Ad-Daruqutni, al-Baihaqi, Ibn Hajar al-Asqalani mengumpulkan kitab-kitab hadis mengenai hukum.


Kuliah Keenam


Ulumul Hadis dan Cabang-cabangnya


A.     Pengertian


a. Ulumul Hadis yaitu ilmu yang membicarakan masalah hadis dari berbagai aspeknya.

b. Ilmu Hadis muncul pada masa Tabi’in. Az-Zuhri dianggap sebagai peletak dasar ilmu Hadis. Kemudian selanjutnya muncul para mudawin Hadis seperti Malik, Bukhari, dan sebagainya.



B.     Ilmu ini dibagi dua yaitu: 1. Ilmu Hadis Riwayah 2. Ilmu Hadis Dirayah.

1.   Ilmu Hadis Riwayah

Ø Ilmu Hadis Riwayah adalah ilmu hadis yang berupa periwayatan atau ilmu yang menukilkan segala yang disandarkan kepada Nabi.

Ø Objek kajiannya adalah:

a.       Bagaimana cara menerima dan menyampaikan hadis

b.       Bagaimana cara memindahkan hadis

c.       Bagaimana cara mentadwinkan hadis.


Kegunaannya adalah untuk menghindari adanya penukilan yang salah dari sumbernya.


2.   Ilmu Hadis Dirayah

Ø Ilmu Hadis Dirayah atau disebut dengan ilmu Mustalahul Hadis, yaitu ilmu yang mempelajari tentang keadaan hadis dari segi kesahihan, sandaran, maupun sifat-sifat periwayatnya.

Ø Objek kajiannya adalah sanad, matan dan periwayat.

Ø Kegunaannya adalah:

a.       Untuk mengetahui pertumbuhan hadis

b.       Untuk mengetahui tokoh-tokoh hadis

c.       Untuk megetahui kaidah-kaidah yang digunakan

d.       Untuk mengetahui istilah dan kriteria hadis.


Ø      Cagang ilmu Hadis Dirayah:

a.      Ilmu Rijalul Hadis

b.      Ilmu Jarh wa Ta’dil

c.       Ilmu Ilalil Hadis

d.      Ilmu Asbab al-Wurud

e.       Ilmu Mukhtaliful Hadis



Kuliah Ketujuh dan Kedelapan


Klasifikasi Hadis Dari Berbagai Aspek


A.     Pembagian Hadis Berdasarkan Kuantitas Periwayat

Berdasarkan sedikit banyaknya periwayat yang meriwayatkan hadis dibagi menjadi tiga:


1.   Hadis Mutawatir : yaitu hadis yang diriwayatkan oleh orang banyak, diterima oleh orang banyak dan mustahil mereka berdusta.


Syarat bagi hadis mutawatir adalah:


a. Diriwayatkan oleh banyak periwayat. Ulama berbeda pendapat tentang ukuran banyaknya, ada yang berpendapat minimal 4 periwayat, ada yang berpendapat 40, atau 70, atau 313 orang.

b. Adanya keyakinan bahwa mereka tidak mungkin berdusta.

c. Ada keseimbangan jumlah sanad dalam setiap thabaqatnya (tingkatan generasi periwayat hadis).

d.  Berdasarkan tanggapan pancaindera. Hadis yang diriwayatkan harus berasal dari pengamatan pencaindera, bukan berupa hasil perenungan, pemikiran atau rangkuman.


2. Hadis Aziz   : yaitu hadis yang diriwayatkan oleh dua orang periwayat atau lebih.

3. Hadis Ahad  : yaitu hadis yang diriwayatkan oleh satu orang periwayat. 


B. Pembagian Hadis Berdasakan Kualitas Periwayat:

Berdasarkan kualitas periwayat hadis dibagi menjadi tiga yaitu:


1.      Hadis Sahih, yaituhadis yang diriwayatkan oleh periwayat yang adil, sempurna kedhabitannya dan bersambung sanadnya. Syarat hadis Sahih adalah:

a.      Diriwayatkan oleh periwayat yang adil.

b.      Kedhabitan periwayatnya sempurna.

c.      Sanadnya bersambung

d.      Tidak ada cacat atau illat.

e.       Matannya tidak syaz atau janggal.


2.   Hadis Hasan, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh periwayat yang adil, kurang kuat hafalannya dan bersambung sanadnya. Syarat hadis hasan adalah:


a.       Para periwayatnya adil.

b.      Kedhabitan periwayatnya dibawah periwayat hadis sahih.

c.       Sanadnya bersambung.

d.      Tidak mengandung kejanggalan pada matannya.

e.       Tidak ada cacat atau illat.


3.  Hadis Dha’if, yaitu hadis yang tidak memenuhi syarat sebagai hadis sahih maupun hadis hasan. 


C.  Pembagian Hadis Berdasakan Sampai tidaknya Kepada Nabi saw.

  Dari segi sampai tidaknya kepada Nabi, Hadis dibagi menjadi tiga:

a. Hadis Marfu’   : yaitu hadis yang periwayatannya sampai kepada Nabi

b. Hadis Mauquf  : yaitu hadis yang periwayatannya hanya sampai pada sahabat

c. Hadis Maqtu’   : yaitu hadis yang periwayatannya hanya sampai pada Tabi’in.


Berdasarkan pengertiannya, maka yang termasuk kategori hadis yang dapat digunakan sebagai sumber ajaran Islam adalah Hadis Marfu’. Sedangkan Hadis Mauquf hanya menempati tingkatan Khabar dan Hadis Maqtu’ hanya merupakan Atsar.


D.  Pembagian Hadis Berdasakan Isinya.

Ditinjau dari segi isinya, Hadis dibagi menjadi tiga:

1. Hadis qauly: hadis yang isinya berupa perkataan atau ucapan Nabi

2. Hadis fi’ly: hadis yang isinya berupa pebuatan Nabi yang dideskripsikan oleh sahabat

3. Hadis taqriry: hadis yang isinya berupa ketetapan tindakan Nabi


Diantara ketiga bentuk hadis tersebut hadis qauly menempati kedudukan tertinggi, baru kemudian di bawahnya hadis fi’ly. Hadis taqriry merupakan bentuk hadis yang terlemah.


E.  Pembagian Hadis Berdasakan Sumbernya.

Ditinjau dari segi sumbernya, Hadis dibagi menjadi :

1. Hadis Qudsiy

2. Hadis Nabi/Hadis Nabawi

3. Hadis Maudhu’

.
Kuliah Kesembilan


Hadis Maudhu’ dan Permasalahannya


Pengertian:

Ø Hadis maudhu’ adalah hadis yang dibuat-buat atau diciptakan atau didustakan atas nama Nabi

Ø Menurut Ahmad Amin hadis maudhu’ sudah ada sejak masa Rasulullah. Dasarnya adalah munculnya hadis: man kazzaba ‘alayya…

Ø Ulama Hadis lain berpendapat bahwa munculnya hadis maudhu’ adalah pada tahun 40 H, pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib ketika terjadi pertikaian politik.


Faktor Penyebab:

1. Pertentangan politik antara Ali dan Muawiyah. Menurut Ibnu Abi al-Hadid kelompok Syiah adalah yang pertama kali membuat hadis maudhu’.

2. Usaha kaum zindiq, yaitu golongan yang berusaha merusak Islam dari dalam, sepeti Abdul Karim Ibn al-Auja’.

3. Perselisihan dalam ilmu Kalam dengan tujuan untuk memperkuat pandangan kelompok masing-masing.

4. Menarik simpati kaum awam.

5. Menjilat kepada penguasa.


Usaha Penyelamatan:

1. Menyusun kaidah penelitian hadis, khususnya kaidah tentang kesahihan sanadnya.

2. Kitab yang memuat tentang hadis maudhu’ antara lain: al-Maudhu’ al-Kubra yang disusun oleh Abu al-Fajri.


Cara Mengetahui Hadis Maudhu’:


1. Adanya pengakuan dari pembuatnya

2. Maknanya rusak, dalam arti bertentangan dengan al-Qur’an, hadis mutawatir, dan hadis sahih.

3. Matannya menyebutkan janji yang besar untuk perbuatan kecil.

4. Periwayatnya pendusta. 



Kuliah Kesepuluh


Biografi Para Penulis Hadis

dan kitab-kitabnya


Imam Bukhari

Ø Nama lengkapnya: Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah al-Ja’fari. Lahir tanggal 13 syawal 194 H di Bukhara dan wafat tahun 256 H.

Ø Pada usia 16 tahun sudah menghafalkan matan hadis dari para ulama hadis seperti Ibn al-Mubarak, Waki’, dll.

Ø Kitabnya: al-Jami’ al-Musnad as-Sahih al-Mukhtashar min umuri Rasulullah wa sunanihi wa Ayyamihi. Kitab ini ditulis selama 16 tahun.

Ø Isi Kitab: jumlah hadis yang terdapat dalam kitabnya sebanyak 9.082 buah. Jika tanpa pengulangan jumlahnya 2.602 buah. Kitab ini direvisi oleh Bukhari sebanyak tiga kali.

Ø Kritik: terdapat 80 periwayat yang tidak standard an 110 hadis yang lemah.


Imam Muslim

Ø Nama lengkap: Abdul Husayn Muslim bin al-Hajjaj an-Naisaburi. Lahir tahun 204H. 

Ø Kitabnya: al-Musnad al-Sahih al-Mukhtasar min al-Sunan bi Naql al-Adl an Rasulillah.

Ø Metode penyusunan kitab hadisnya dipengaruhi oleh Bukhari.

Ø Isi: Jumlah hadisnya sebanyak 3033 buah. Muslim hanya membukukan hadis sahih yang diterima masyarakat.


Abu Dawud

Ø  Nama lengkapnya: Abu Dawud Sulaiman bin al-‘Asy’ats al-Azdi al-Sijistani. Lahir tahun 202 H dan wafat tahun 275 H.

Ø Kitabnya: Sunan Abu Dawud. 

Ø Isi kitab: Menyeleksi 4800 hadis dari 50.000 hadis yang diterima. Tidak memuat masalah moralitas, sejarah dan zuhud. Merupakan kitab hadis terlengkap dalam bidang hukum. Tidak semua hadis yang dimuat sahih.


At-Tirmizi

Ø Nama lengka: Muhammad bin Isa bin Sawa bin Musa bin al-Dahhak al-Tirmizi. Lahir tahun 209 H dan wafat tahun 279 H.

Ø Metode penyusunannya dipengaruhi oleh Bukhari.

Ø Kitabnya: Sunan at-Tirmizi.

Ø Isinya: Jumlah hadis yang ditulis sebanyak 3956 buah. Dalam setiap hadisnya disebutkan apakah hadis tersebut sahih, hasan, atau dha’if. Tema hadis yang dimuat antara lain: ibadah, adab, muamalah, tafsir, akidah, sejarah Nabi dan sahabat dan lain-lain. 


An-Nasai

Ø Nama lengkap: Abdurrahman Ahmad bin Syuaib bin Ali bin Sinan bin Bahr al-Khurasani an-Nasai. Lahir tahun 215 H.

Ø Kitabnya: asalnya Sunan al-Kubra yang dihadiahkan kepada gubernur Ramlah (Paletina), lalu diseleksi ang sahih dan dinamakan dengan as-Sunan al-Mujtaba’.

Ø Isi Kitab: disamping hadis sahih, terdapat juga hadis yang lemah, tetapi beliau menyebtkan cacat isnadnya.



Ibnu Majah

Ø Nama lengkap: Abu Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qazwini. Lahir tahun 209 dan wafat tahun 273 H.

Ø Kitabnya: Sunan Ibn Majah.

Ø Isi Kitab: jumlah hadis seluruhnya yang ditulis 4.341 buah, 3002 diantaranya terdapat dalam kutub as-sitah yang lain. Sebanyak 1339 diriwayatkan sendiri. Terdapat 613 hadis yang lemah sanadnya. Dari segi sitematika kitab hadis ini merupakan yang terbaik. 


Kuliah Kesebelas dan Kedua Belas


Takhrij al-Hadis (Teori & Praktik)


A.                Pengertian


Kata Takhrij adalah bentuk masdar dari fill madi yang secara bahasa berarti mengeluakan sesuatu dari tempat.

Pengertian takhrij menurut ahli hadis memiliki tiga (3) macam pengertian, yaitu: 


1. Usaha mencari sanad hadis yang terdapat dalam kitab hadis karya orang lain, yang tidak sama dengan sanad yang terdapat dalam kitab tersebut. Usaha semacam ini dinamakan juga istikhraj. Misalnya seseorang mengambil sebuah hadis dari kitab Jamius Sahih Muslim. kemudian ia mencari sanad hadis tersebut yang berbeda dengan sanad yang telah ditetapkan oleh lmam Muslim. 

2. Suatu keterangan bahwa hadis yang dinukilkan ke dalam kitab susunannya itu terdapat dalam kitab lain yang telah disebutkan nama penyusunnya. Misalnya, penyusun hadis mengakhiri penulisan hadisnya dengan kata-kata: "Akhrajahul Bukhari", artinya bahwa hadis yang dinukil itu terdapat kitab Jamius Sahih Bukhari. Bila ia mengakhirinya dengan kata Akhrajahul Muslim berarti hadis tersebut terdapat dalam kitab Sahih Muslim. 

3. Suatu usaha mencari derajat, sanad, dan periwayat hadis yang tidak diterangkan oleh penyusun atau pengarang suatu kitab.




B. Manfaat Takhrij al-Hadis


Ada beberapa manfaat dari takhrijul hadis antara lain sebagai berikut: 

1.   Memberikan informasi bahwa suatu hadis termasuk hadis sahih, hasan, ataupun dlaif, setelah diadakan penelitian dari segi matan maupun sanadnya; 

2.   Memberikan kemudahan bagi orang yang mau mengamalkan setelah tahu bahwa suatu hadis adalah hadis makbul (dapat diterima). Dan sebaliknya tidak mengamalkannya apabila diketahui bahwa suatu hadis adalah mardud (tertolak). 

3.   Menguatkan keyakinan bahwa suatu hadis adalah benar-benar berasal dari Rasulullah SA W. yang harus kita ikuti karena adanya bukti-bukti yang kuat tentang kebenaran hadis tersebut, baik dan segi sanad maupun matan.


C. Kitab-kitab yang diperlukan


Al-Mujam al-mufahras li alfadzil hadis nabawi 

1.   Penyusun kitab ini adalah sebuah tim dari kalangan orientalis. Di antara anggota tim yang paling aktif dalam kegiatan proses penyusunan ialah Dr. Arnold John Wensinck (w.j 939 m), seorang profesor bahasa-bahasa Semit, termasuk bahasa Arab di Universitas Leiden, negeri Belanda. 

2.   Kitab ini dimaksudkan untuk mencari hadis berdasarkan petunjuk lafal matan hadis.

3.   Kitab Mu'jam ini terdiri dari delapan Juz dan dapat digunakan untuk mencari hadis-hadis yang terdapat dalam sembilan kitab hadis, yakni: Sahih Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Turmuzi, Sunan Nasai, Sunan Ibnu Majjah, Sunan Daromi, Muwatta Malik, dan Musnad Ahmad. 



Kuliah Ketiga Belas dan Keempat Belas


Takhrij al-Hadis Secara digital

(teori & PRAKTIK di Lab Komputer)


A.     Pengertian

Kata Takhrij adalah bentuk masdar dari fill madi yang secara bahasa berarti mengeluakan sesuatu dari tempat.

Pengertian takhrij menurut ahli hadis memiliki tiga (3) macam pengertian, yaitu: 


 1.  Usaha mencari sanad hadis yang terdapat dalam kitab hadis karya orang lain, yang tidak sama dengan sanad yang terdapat dalam kitab tersebut. Usaha semacam ini dinamakan juga istikhraj. Misalnya seseorang mengambil sebuah hadis dari kitab Jamius Sahih Muslim. kemudian ia mencari sanad hadis tersebut yang berbeda dengan sanad yang telah ditetapkan oleh lmam Muslim. 

        2.  Suatu keterangan bahwa hadis yang dinukilkan ke dalam kitab susunannya itu terdapat dalam kitab lain yang telah disebutkan nama penyusunnya. Misalnya, penyusun hadis mengakhiri penulisan hadisnya dengan kata-kata: "Akhrajahul Bukhari", artinya bahwa hadis yang dinukil itu terdapat kitab Jamius Sahih Bukhari. Bila ia mengakhirinya dengan kata Akhrajahul Muslim berarti hadis tersebut terdapat dalam kitab Sahih Muslim. 

        3.   Suatu usaha mencari derajat, sanad, dan periwayat hadis yang tidak diterangkan oleh penyusun atau pengarang suatu kitab.



B. Manfaat Takhrij al-Hadis


Ada beberapa manfaat dari takhrijul hadis antara lain sebagai berikut: 

1.   Memberikan informasi bahwa suatu hadis termasuk hadis sahih, hasan, ataupun dlaif, setelah diadakan penelitian dari segi matan maupun sanadnya; 

2.   Memberikan kemudahan bagi orang yang mau mengamalkan setelah tahu bahwa suatu hadis adalah hadis makbul (dapat diterima). Dan sebaliknya tidak mengamalkannya apabila diketahui bahwa suatu hadis adalah mardud (tertolak). 

3.   Menguatkan keyakinan bahwa suatu hadis adalah benar-benar berasal dari Rasulullah SA W. yang harus kita ikuti karena adanya bukti-bukti yang kuat tentang kebenaran hadis tersebut, baik dan segi sanad maupun matan.


C. Sarana yang diperlukan

1.  Unit Komputer sesuai jumlah mahasiswa

2.  CD/DVD atau Software pencarian Hadis yang sudah diintalasi ke komputer, yaitu

Ø CD/Software al-Hadis al-Syarif al-Kutub al-Tis’ah

CD/Software ini memuat 9 kitab hadis estándar, yaitu Shahih al-Bukhariy, Shahih Muslim, Sunan Ibnu Majah, Sunan al-Tirmiziy, Sunan al-Nasaiy, Sunan Ibnu Majah, Musnad Ahmad, Muwaththa’ Malik dan Sunan al-Darimiy.

Ø DVD/Software al-Maktabat al-Syamilah.

DVD/Software ini berisi puluhan ribu kitab yang terus diupdate, termasuk ratusan kitab hadis dari berbagai aspeknya, seperti kitab matan, kitab takhrij, kitab syarah, kitab sejarah, kitab rijal, kitab asbab al-wurud dan sebagainya.




SILABI MATA KULIAH FAKULTAS


Mata Kuliah       :  Ilmu Hadis

Bobot                  :  2 sks

Jurusan/Prodi    :  Semua Jurusan/Prodi

Kelompok           :  MKD


Tujuan Umum   :  Agar mahasiswa memahami Ulumul Hadis yang mencakup beberapa pokok bahasan yang diperlukan sebagai salah satu alat memahami kandungan hadis.



Ke :

TOPIK UTAMA

URAIAN MATERI

BUKU REFERENSI

METOSE/STRATEGI

PEMBELAJARAN

KET.

1.

Kuliah pendahuluan

Pengertian, Ruang lingkup materi, Buku-buku referensi, Target dan tujuan, Metode kuliah dan evaluasi, Kontrak belajar


-        Ceramah dan tanya jawab


2.

Pengertian istilah-istilah.

Alquran, Hadis, Hadis Qudsi, sunnah, khabar, dan atsar

-    M. ‘Ajaj Al-Khathib, Ushul al-Hadis, hlm. 7-12.

-    Mahmud Tahhan, Ulumul Hadis (Taisir Musthalah Hadis), hlm. 17-26.

- M. Hasbi Al-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, hlm. 150-152

-        ceramah


3.

Unsur-unsur Hadis

Pengertian Rawi, Sanad dan Matan, kriteria dan syarat-syarat  periwayatan hadis,  perbedaan dan kandung-an matn secara umum

-    M. ‘Ajaj Al-Khathib, Ushul al-Hadis, hlm. 31-34, 227-252.

- M. Hasbi Al-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, hlm. 192-194

-        Diskusi

-        Ulasan dan Penajaman


4.

Hadis dan Hubungannya dengan Al-Qur’an

Dalil Kehujjahan Hadis, kedudukan dan fungsi hadis

-     M. ‘Ajjaj Al-Khathib, Ushul al-Hadis, hlm. 15-31, 34--50.

-    Muh. Zuhri, Hadis Nabi Telaah Historis Metodologis, hlm. 1-9

-    M. Hasbi Al-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, hlm. 168-177

-        Ceramah dan Tanya Jawab

-        Penugasan



Ke :

TOPIK UTAMA

URAIAN MATERI

BUKU REFERENSI

METOSE/STRATEGI

PEMBELAJARAN

KET.

5.

Sejarah Perkembangan Hadis

Periodisasi sejarah perkembangan hadis, penulisan, penghafalan dan penghimpunan hadis, timbulnya pemalsuan dan upaya penyelamatan hadis

-    M. ‘Ajaj Al-Khathib, Ushul al-Hadis, hlm. 51-222.

-    Muh. Zuhri, Hadis Nabi Telaah Historis Metodologis, hlm. 28-82

- M. Hasbi Al-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, hlm. 44-134

-        Diskusi

-        Ulasan dan Penajaman


6

Ilmu Hadis dan Ruang Lingkupnya

Pengertian ilmu hadis, tujuan pembentukannya, lingkup pembahasannya, cabang-cabangnya serta istilah-istilah yang terkait

-    M. ‘Ajjaj Al-Khathib, Ushul al-Hadis, hlm. 7-12.

-     Mahmud Tahhan, Ulumul Hadis (Taisir Musthalah Hadis), hlm. 17-26.

-     M. Hasbi Al-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, hlm. 150-152

-                     

-        Ceramah dan Tanya Jawab

-        Penugasan


Mid Semester

7

Klasifikasi Hadis dari Berbagai Aspek

Klasifikasi hadis dilihat dari segi kualitas dan kuantitas periwayatnya, Sampai Tidaknya kepada Nabi, Isi dan kedudukannya dalam hujjah

-    M. ‘Ajaj Al-Khathib, Ushul al-Hadis, hlm. 301-304

-    Mahmud Tahhan, Ulumul Hadis (Taisir Musthalah Hadis), hlm. 29-41

-    Muh. Zuhri, Hadis Nabi Telaah Historis Metodologis, hlm. 83-105

-        Diskusi

-        Ulasan dan Penajaman


8

Lanjutan

Lanjutan

Lanjutan

Lanjutan


9

Permasalahan Hadis Palsu

Pengertian, sejarah, sebab dan motif pembuatan hadis palsu.

-    M. ‘Ajaj Al-Khathib, Ushul al-Hadis, hlm. 301-304

-    Mahmud Tahhan, Ulumul Hadis (Taisir Musthalah Hadis), hlm. 29-41

-    Muh. Zuhri, Hadis Nabi Telaah Historis Metodologis, hlm. 83-105

-        Diskusi

-        Ulasan dan Penajaman





-     

-         



Ke :

TOPIK UTAMA

URAIAN MATERI

BUKU REFERENSI

METOSE/STRATEGI

PEMBELAJARAN

KET.

10

Biografi Para Penulis Hadis dan Kitab-kitabnya

Mengenal nama, lahir dan wafatnya, karya-karya dan spesifikasi karyanya.

-    M. ‘Ajaj Al-Khathib, Ushul al-Hadis, hlm. 301-304

-    Mahmud Tahhan, Ulumul Hadis (Taisir Musthalah Hadis), hlm. 29-41

-    Muh. Zuhri, Hadis Nabi Telaah Historis Metodologis, hlm. 83-105

-        Diskusi

-        Ulasan dan Penajaman


11

Penelitian dan Takhrij Hadis Secara Manual

Latar belakang pentingnya penelitian hadis, bagian-bagian yang diteliti, pengertian takhrij, manfaat serta cara pelaksanaannya

-    M. Syuhudi Isma’il, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, hlm. 41-161.

-    Muh. Zuhri, Hadis Nabi Telaah Historis Metodologis, hlm. 149-160

-     

-        Diskusi

-        Ulasan dan Penajaman


12

Praktik

Pelacakan hadis dalam mu'jam

-    Al-mu'jam al-mufahras li alfaz al-hadis, jilid 1 – 7

-    Al-kutub al-tis’ah

-        Praktik di perpustakaan


13

Takhrij al-Hadis Secara Digital

Pelacakan Hadis dengan menggunakan Komputer

-    CD al-hadis al-syarif al-kutub al-tis'ah

-    Al-Maktabat al-Syamilah

-     

-        Ulasan Teori


14

Takhrij al-Hadis Secara Digital

Pelacakan Hadis dengan menggunakan Komputer

-    CD al-hadis al-syarif al-kutub al-tis'ah

-    Al-Maktabat al-Syamilah

-     

-        Praktik di lab komputer


UAS

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kosa Kata Bahasa Arab (2)

Mufrodat Pakaian dan Perlengkapan (اللباس و الألات الزينية ) معانى مفردات Pakaian لِبَاس  / ثَوْب Setelan مِسْدَرَة Gamis/Kemeja قَمِيْص Baju Dalam شِعَار Jas مِعْطَف Jubah جُبَّة Mantel عَبَاءَة Jas Hujan مِمْطَرَة Kaos Dalam عَرَقِيَّة / فَانِلَّة Sarung إِزَار Kain Panjang فُوْطَة Celana سِرْوَال Celana Dalam سِرْوَال دَاخِلِيّ Celana Panjang بَنْطَالُوْن Celana Cawat تُبَّان Blus بِلُوْزَة Rok Dalam تَنُّوْرَة B.H / Mini Set صُدْرِيَّة Baju Kurung جِلْبَان Saku جَيْب Kancing زِرّ Lobang Kancing عُرْوَة Lengan Baju كُمُّ Kerah Baju تَلْبِيْب Baju Atasan فَوْقَانِيَة Pakaian Biasa لِبَاس عَادِيّ Pakaian Tidur لِبَاس نَوْمِيّ Pakaian Sekolah لِبَاس مَدْرِسِيّ ...

المرأة فى الاحاديث الضعيفة

المرأة في الأحاديث الضعيفة والموضوعة تأليف أبو مالك محمد بن حامد بن عبد الوهاب المرأة في الأحاديث الضعيفة والموضوعة تأليف أبو مالك محمد بن حامد بن عبد الوهاب بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ رحم الله شيخنا الألبانيّ، الّذي عرفنا عن طريقه أثر الأحاديث الضعيفة الموضوعة السّيئ على الأمّة، إذ كلّما قرأت حديثاً موضوعاً تأمّلت واقعه، وتتبعت أثره، حتّى تبينت منهجاً كاملاً، استطاع أن يحوّل الدّين إلى مجموعةٍ من الأساطير، وهي غايةٌ عظمى لأعدائه على مدار تاريخه، فالقضيّة هي: تفريغ أمّةٍ من دينها الصّحيح، واستبدال دينٍ خرافيٍّ جزافيٍّ به، يتهوّك به المتهوّكون، ويسخر منه السّاخرون. وكانت قضيّة ’المرأة‘ إحدى أهمّ القضايا، الّتي شغلتني عند تتبعي للأحاديث الموضوعة، الّتي شاعت بين أوساط النّاس في سقوطنا، وتخلّفنا الاجتماعيّ، فلقد أتى علينا زمانٌ ندعو فيه إلى إبادة إنسانيّة المرأة، ونمارس ’الوأد‘ في صورٍ مختلفةٍ تناسب الدّعوى الجاهليّة، حتّى بلغ الجهل بالمرأة المسلمة ح دا أخفقت معه في تربية أجيالٍ، ممّا مهد لما نجني ثماره اليوم، ممّا هو معلومٌ ومشاهدٌ، حيث كان المجتمع يمارس إر...

SAP HADIS

Mata Kuliah              : Kode                           : Dosen Pengampu      :   Jurusan                     : Program Studi           : Bobot                          : HADIS H. Mohd Iqbal A Muin, LC, MA MD/A-B dan PMI-B S-1 DAKWAH 2 SKS   I.       Kompetensi Dasar Mahasiswa memiliki pemahaman dan penghayatan yang kokoh dan mendalam tentang berbagai kesalehan sosial ...